Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangka Atap Kelas Ditopang Bambu, Siswa SD di Ponorogo Waswas

Kompas.com - 22/11/2016, 14:34 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Muridkelas enam sekolah dasar negeri 1, Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo tampak cemas dan waswas saat mengikuti pelajaran di ruang kelas, Selasa ( 22/11/2016) pagi. Mereka ketakutan semenjak rangka atap ruang kelasnya patah lalu ditopang bambu lantaran sudah lapuk termakan usia sejak sebulan lalu.

"Kami jadi waswas dan takut kalau kerangka atap yang ditopang ambrol dan menjatuhi kami. Apalagi sekarang lagi musim angin kencang dan gempa bumi," ujar Isna Maulida Nurdiani, siswi kelas enam SDN I Ngasinan kepada Kompas.com, Selasa ( 22/11/2016).

Kendati waswas, Nurdiani dan teman-temannya tak punya pilihan lain. Ia bersama belasan teman-temannya harus tetap masuk sekolah. Apalagi tak lama lagi Nurdiani harus mengikuti ujian akhir nasional dan ujian sekolah sebagai syarat kelulusan SD.

"Kami tetap terus belajar karena sebentar lagi sudah ujian. Kalau tidak masuk sekolah bagaimana kami bisa mengerjakan soal-soal ujian nanti," kata Nurdiani.

Untuk mengantisipasi rangka atap patah, posisi tempat dudukpun ditata tidak sewajarnya. Kursi dan bangku ditata melintang tidak teratur karena menghindari rangka atap yang ditopang bambu.

Senada dengan Nurdiani, Sifa Lailatul Khusna, siswi lainnya mengaku sering terganggu konsentrasi saat mengikuti pajaran di kelas. Ia sering menengok ke atas karena was-was rangka atap patah dan menjatuhi dirinya dan teman-teman sekolahnya.

Sementara itu, Fery Sandriya menceritakan ketidaknyamanannya belajar di ruang kelas yang rangka atapnya ditopang bambu. Ia khawatir bambu yang menopang rangka atap itu tidak kuat dan roboh menjatuhi siswa-siswa yang sementara mengikuti pelajaran.

Guru kelas enam SDN I Ngasinan, Agus Sucirahanto, yang dikonfirmasi menyatakan rangka atap yang patah mulai ditopang bambu sejak tanggal 3 Oktober 2016. Ia menduga, lantaran rangka kayu sudah termakan usia akhirnya patah dan butuh topangan bambu.

Kondisi itu juga berdampak retaknya tembok bangunan ruang kelas.

Terhadap persoalan itu, menurut dia, pegawai UPTD Pendidikan Kecamatan Jetis sudah melihat kondisi ruang kelas dua hari setelah rangka atap ditopang. Namun, sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo.

Sementara itu, bila hendak membangun atau merehab atap, sekolah tak memiliki dana lagi. Pihaknya hanya bisa berharap dari Pemkab Ponorogo untuk memperbaiki rangka atap yang rusak. Pasalnya kerusakan yang sama juga terjadi di ruang guru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com