Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Sunatan Manggar Kampung Penyadap Nira di Lereng Merapi

Kompas.com - 15/11/2016, 19:07 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Panen nira kelapa yang melimpah menjadikan Dusun Gelap, Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dikenal sebagai kampung penderes (penyadap nira).

Sebagian besar warga bergantung hidup dari nira tersebut. Warga pun rutin menggelar upacara adat sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas tanah yang subur dan pohon nira kelapa yang melimpah.

Mereka menyebut upacara itu "Sunatan Manggar". Tradisi ini sudah digelar secara turun temurun sejak nenek moyang mereka.

Prosesi upacara diawali dengan kirab beragam sesaji dan gunungan hasil bumi, termasuk bunga kelapa atau manggar, dari rumah kepala dusun setempat menuju lokasi pohon kelapa.

Prosesi dilanjutkan dengan ritual Sunatan Manggar yang dipimpin oleh seniman Agus Merapi di sudut Dusun Gelap. Seorang warga tampak menaiki pohon kelapa untuk menderes, usai ritual.

Agus Merapi mengatakan, tradisi Sunatan Manggar merupakan satu rangkaian kegiatan Saparan atau merti Dusun Gelap. Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Sudiyono dengan lakon Sriulih.

Saparan akan ditutup dengan kenduri serta makan bersama oleh warga Dusun Gelap. Hidangan khusus yang nantinya disantap bersama, yakni masakan Gecok, yaitu ayam kampung yang dicampur pondoh aren, kelapa, serta bumbu rempah-rempah.

"Gecok ini hanya boleh dimasak oleh laki-laki, tidak boleh dimasak perempuan. Hal itu sudah dipercayai sejak zaman dahulu kala," jelas Agus, di sela-sela kegiatan, Selasa (15/11/2016).

Kepala Desa Podosoko, Edi Susila menjelaskan, tradisi Sunatan Manggar merupakan simbol wujud syukur serta berdoa agar ke depan warga bisa panen nira lebih banyak lagi dan lebih bagus.

Edi menyebut, meski memiliki pekerjaan sampingan, namun hampir 90 persen warga dusun tersebut menderes nira kelapa sebagai pekerjaan utama.

Nira-nira itu diolah menjadi gula kelapa atau dikenal sebagai gula jawa.

Menurut Edi, dalam satu hari, desanya yang terletak di lereng Gunung Merapi itu mampu menghasilkan sebanyak 8 kwintal gula kelapa. Hal itu yang kemudian menempatkan Desa Podosoko sebagai salah satu penghasil gula kelapa terbesar di Kabupaten Magelang.

Dari 1.474 kepala keluarga di Desa Podosoko, kata Edi, 168 di antaranya menderes dan membuat gula kelapa.

Setiap perajin rata-rata mampu menghasilkan 3 kilogram gula per hari dari 10 pohon kelapa.

"Kaum pria yang menderes, sementara para wanita yang bertugas mengolahnya menjadi gula," urainya.

Selama ini, gula hasil olahan nira kelapa tersebut dijual ke pengepul maupun pasar-pasar terdekat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com