Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengabdian Madang, Sang Guru SD di Pedalaman Mahakam Hulu

Kompas.com - 06/11/2016, 12:25 WIB

Tim Redaksi

MAHAKAM HULU, KOMPAS.com - Ovianus Madang (25) menyeka keringat di dahinya. Siang itu sungguh terik, saat dia baru saja tiba di rumahnya, di Data Isun Lama, sebuah kampung di Long Isun, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Hulu, Kalimantan Timur.

Ovianus yang hanya lulusan SMA Barong Tongkok, Kutai Barat ini baru saja usai menutup ruang-ruang kelas di SD 004 Filial Long Isun. Empat tahun sudah rutinitas itu dia jalani, sebagai guru PPT di satu-satunya bangunan sekolah di kampung itu.

"Tak ada yang mau mengajar di sini, dan saya berani mengajukan diri, karena kasihan anak-anak di Isun Lama jika tidak ada yang menjadi guru bagi mereka," tutur Ovianus, pekan lalu saat Kompas.com bertandang di salah satu kampung di pedalaman Kalimantan Timur itu.

Sebelum sekolah dasar filial itu dibangun, anak-anak dari Isun Lama harus menyeberang dengan ces (sampan khas Dayak) sekitar 30 menit, membelah aliran sungai Mahakam ke Datang Suling, tempat SD 004 Long Isun berada.

Tentu kondisi itu memberatkan anak-anak apalagi yang masih duduk di bangku kelas 1 hingga kelas 4. Warga Isun Lama kemudian berembuk mencari jalan keluar, hingga kemudian mereka secara swadaya mendirikan bangunan sekolah yang sederhana.

Bangunan itu dari bahan kayu dan papan. Persoalan muncul, karena sulit mencari guru yang bisa tinggal secara menetap di sana. Sementara guru di SDN 004 Long Isun juga terbatas.

Mendengar kondisi itu, Ovianus tergerak hati lalu bersedia mengabdi untuk anak-anak di Isun Lama.

"Saya sebenarnya bercita-cita menjadi polisi. Tapi ini lebih penting, saya orang asli di sini, dan merasa ikut bertanggungjawab dengan masa depan anak-anak ini. Kasihan mereka jika tidak ada yang mengajar," kata Ovianus.

Dengan bekal ilmu pengetahuan yang dia dapat sewaktu duduk di bangku SMA, Ovianus kemudian menjadi guru tunggal bagi murid-murid di SD 004 Filial Long Isun. Empat kelas sekaligus!

"Tahun ini saya mengajar kelas 1, kelas 3 dan kelas 4. Kebetulan untuk kelas 2 tidak ada muridnya. Ya, saya harus membagi waktu agar bisa menghandel semua kelas," jelas Ovianus.

Beruntung beberapa bulan terakhir, pekerjaannya terbantukan karena Liling (24), yang juga lulusan SMA, bersedia menjadi guru bantu mendampingi Ovianus.

Pengabdian tulus Ovianus dan Lilin tanpa pamrih. Akses transportasi yang susah dan mahal ke wilayah hulu di Kalimantan Timur itu menjadikan kebutuhan pokok berada di atas harga normal.

Apalagi jika permukaan sungai Mahakam surut, dan distribusi barang dari Samarinda tersendat. Harga kebutuhan pokok bisa menjadi empat kali lipat dari harga semula.

"Kami menerima gaji tiga bulan sekali, dan kadang lebih lama dari itu. Tergantung bendahara sekolah di Long Isun pergi mengambil gaji di kabupaten," ujar Ovianus.

Namun ketersendatan gaji itu tidak sekalipun menyurutkan niat tulus pengabdian Ovianus. "Jika sudah melihat wajah ceria anak-anak, saya jadi terus bersemangat," tegasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com