Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setya Novanto Minta Pelaku Perdagangan Manusia di NTT Dihukum Berat

Kompas.com - 03/11/2016, 07:20 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto meminta pelaku perdagangan manusia di Nusa Tenggara Timur harus dihukum berat.

Menurut Novanto, pelaku human trafficking tidak pantas dimaafkan karena perbuatannya itu sangat bertentangan dengan kemanusiaan.

"Masa sih orang harus diperjualbelikan. Karena itu saya minta, para pelaku human trafficking harus dihukum berat sehingga mereka bisa mendapat efek jera," kata Novanto kepada sejumlah wartawan seusai berdialog dengan calon tenaga kerja Indonesia asal NTT di Kupang, Rabu (2/11/2016).

Ia mengatakan bahwa Golkar memberi perhatian besar pada perdagangan manusia karena angka korbannya sangat tinggi.

Menurut dia, banyak sekali TKI yang meninggal tanpa kejelasan dan terutama tewas karena diperkosa dan lain sebagainya.

Dalam kunjungannya ke NTT, anggota DPR RI dari daerah pemilihan NTT II itu juga meninjau Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Produktivitas Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi NTT yang menjadi kantor pelayanan terpadu untuk pengurusan TKI asal NTT ke luar negeri.

Novanto menyebutkan, Golkar mendukung layanan satu atap tersebut sehingga pengurusan dokumen TKI dapat dilakukan dengan cepat dan lengkap. Ia juga mendorong adanya pelatihan untuk para calon TKI dan perusahaan tenaga kerja yang mempunyai izin harus disortir dengan seksama.

Menurut Novanto, pemerintah harus melakukan upaya selektif sehingga dengan satu atap ini akan memberikan arti dan manfaat besar.

"Inilah tentu kita apresiasi terhadap pemerintah dan kita harapkan pengawasan pengawasan terhadap perusahaan TKI juga penting karena mereka yang mengirim tenaga kerja," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com