Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keteladanan Ngabe Soekah, Tokoh Bijaksana di Palangkaraya

Kompas.com - 02/11/2016, 05:28 WIB
Megandika Wicaksono

Penulis

PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Meski hujan sempat mengguyur pelataran Tugu Soekarno, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu (16/7/2016) malam, ratusan warga tetap berbondong-bondong datang dan setia menunggu menyaksikan pemutaran perdana film "Tamunan Ngabe" atau Keteladanan Ngabe.

Film yang mengisahkan kebijaksanaan tokoh Ngabe Anum Soekah (1829-1941), Kepala Desa Pahandut, sebagai cikal bakal Kota Palangkaraya itu disajikan dalam nuansa kekinian untuk mengenalkan dan mewariskan nilai budaya lokal bagi generasi muda.

Film berdurasi sekitar 90 menit itu diawali dengan kedatangan Sipet, keturunan generasi keempat dari Ngabe Soekah yang telah lama tinggal dan besar di Jakarta.

Tergerak untuk mencari dan mengenal jati dirinya sebagai putra asli suku Dayak, Sipet pemuda tampan dan energik memutuskan datang ke Palangkaraya.

Sipet menginap di hotel dan sejak pertama kali datang, dalam setiap tidurnya selalu hadir sosok Ngabe Soekah yang memberikan banyak wejangan melalui mimpi. Sering kali Sipet terbangun sambil berteriak, "Bue, bue (Kakek, kakek)!"

Sambil menyimpan kegelisahan dalam hatinya terhadap sosok tersebut, Sipet menyusuri sudut-sudut Kota Palangkaraya ditemani pemandu wisata.

Sipet mengunjungi Tugu Soekarno yang merupakan tempat pemancangan tiang pertama pembangunan Kota Palangkaraya oleh Presiden Soekarno pada 17 Juli 1957.

Dia juga menyusuri Sungai Kahayan dan Sungai Rungan menggunakan kapal kelotok. Saat menyusuri sungai, Sipet berjumpa secara sepintas dengan pasangan kekasih bernama Salundik dan Manyang.

Seperti halnya gejolak masa muda yang diramu dalam bentuk sinetron, tampak ada getar perasaan saling suka saat Sipet menatap mata Manyang.

Setelah perjumpaan singkat itu, Sipet pun kembali ke hotel. Sosok Ngabe Soekah pun terus hadir dalam lamunan serta mimpinya.

Sipet pun memutuskan untuk meninggalkan hotel dan berjalan menyusuri sudut-sudut Desa Pahandut seorang diri bagaikan pengembara.

Dalam perjalanan tersebut, Sipet berjumpa dengan seorang laki-laki tua bernama Apang Tambun, yang baru saja pulang dari beribadah di gereja.

Melihat sosok Sipet yang seolah sedang mencari sesuatu dalam hidupnya, Apang Tambun menawarkan rumahnya untuk tempat tinggal Sipet.

Corak pluralitas disajikan secara halus dan santun dengan adegan Sipet yang mengucapkan assalamualaikum saat hendak masuk ke dalam rumah Apang Tambun. Apang Tambun pun menjawab walaikumsalam dengan luwesnya.

Tidak berhenti di situ, saat terdengar azan untuk shalat, Sipet pun meminta izin kepada Apang Tambun dan Sipet diberi tempat untuk shalat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com