Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cahaya Terang dari Arang di Pedalaman Kalimantan

Kompas.com - 01/11/2016, 05:43 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

Adapun untuk pembangkit listrik gasifikasi bisa dibuat secara swadaya dengan total biaya kurang dari Rp 10 juta. Alatnya pun mudah dibuat dan sumber energi yaitu arang mudah didapat.

"Mungkin di Satak ini pertama kali di dunia yang menggunakan arang, untuk itu sangat penting jika itu berhasil. Apabila itu berhasil, itu merupakan potensi pasar untuk daerah-daerah yang masih terisolir dan belum terjangkau listrik," ujar Tanaka.

Apabila peralatan tersebut bisa berhasil dan dibuktikan, tentunyanya akan sangat potensial untuk daerah lain. Tak hanya di Kalimantan Barat, tetapi di propinsi atau bahkan negara lain selain di Indonesia.

Sementara itu, Sudaryanto, yang merakit peralatan tersebut mengatakan, meski sudah bisa berfungsi total menggunakan gasifikasi arang, tetapi untuk penerapan ke masyarakat saat ini masih disarankan untuk dicampur dengan bensin dengan perbandingan 1 banding 5.

Hal itu karena masyarakat masih dalam tahap proses belajar mengoperasikan peralatan tersebut.

Apabila pengguna sudah memahami cara pengoperasian peralatan ini maka bisa langsung menggunakan arang tanpa harus dipancing menggunakan bensin.

"Jadi, misalnya dalam satu malam menggunakan 5 liter bensin untuk durasi 10 jam, dengan alat ini hanya cukup menggunakan 1 liter bensin," ujar Sudaryanto.

Ia mengakui bahwa penggunaan arang sebagai bahan bakar listrik ini masih tergolong rumit. Harus ada kontrol secara berkala untuk memastikan ketersediaan arang di dalam tabung gasifier.

Dalam satu jam, dibutuhkan sekitar 4 kilogram arang yang dipecah menjadi ukuran 1-2 sentimeter untuk pemanasan awal.

Pada jam –jam selanjutnya, arang hanya tinggal diisikan sesuai dengan takaran yang diukur menggunakan tuas pada tabung tersebut.

Saat ini, dari satu mesin generator tersebut bisa menyuplai listrik untuk untuk penggunaan rumah tangga pada 20-24 rumah.

Listrik tersebut hanya digunakan pada saat malam hari. Pada siang hari hanya digunakan untuk acara-acara atau kondisi tertentu saja.

Kepala Dusun Satak Marianus mengatakan, teknologi yang dibawa Tanaka tersebut membawa manfaat besar bagi warga di kampungnya. Ia menyatakan, tidak semua rumah warga yang memiliki genset.

Warga yang memilik genset membutuhkan biaya cukup besar setiap hari hanya untuk menikmati penerangan di malam hari atau sekadar menonton televisi.

"Puji Tuhan dan terima kasih, sekian lama kami merindukan penerangan, Tuhan menjawab segala impian ini. Alat ini akan dipelihara dan dirawat dengan baik sehingga akan terus berfungsi. Selagi kami mampu, kami akan menjaganya," kata Marianus.

Apa yang diungkapkan Marianus, tentu juga menjadi impian setiap masyarakat pedalaman yang masih memimpikan sentuhan pembangunan dari pemerintah khsusunya infrastruktur untuk penerangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com