Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cahaya Terang dari Arang di Pedalaman Kalimantan

Kompas.com - 01/11/2016, 05:43 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

Proses penelitian hasil pembakaran arang yang dikonversi menjadi gas karbon monoksida (CO) ini mulai dilakukan sejak dua tahun lalu.

Bekerja sama dengan lembaga Asian Peoples Exchange (Apex) dari Jepang dan Dian Desa dari Yogyakarta, mereka menciptakan teknologi pembangkit listrik dengan gasifikasi arang.

Alat tersebut dirancang oleh Nao Tanaka, Direktur Eksekutiv Apex yang sejak tahun 1980-an sering ke Indonesia untuk membantu masyarakat pedesaan dengan penerapan teknologi tepat guna.

Prototipe alat tersebut diujicobakan pertama kali di Dusun Satak beberapa bulan lalu. Sempat berfungsi selama satu minggu, alat tersebut kemudian mengalami kendala teknis.

Setelah melakukan evaluasi, pada 27 Oktober 2016, Tanaka kembali menguji alat terbaru dari pengembangan yang sebelumnya.

Hasil percobaan yang kedua berhasil. Hasil pembakaran arang yang disaring menjadi gas CO berhasil menghidupkan genset dengan kapasitas daya 2,5 kilowatt yang biasanya menggunakan bahan bakar gas.

Secara umum, sistem pembangkit listrik dengan gasifikasi arang ini terdiri dari tabung gasifier yang berfungsi untuk pembakaran arang.

Ada pula pendingin, penyaring, dan genset yang terhubung melalui selang dari alat tersebut.

Gasifier terdiri dari tungku gasifikasi dengan diameter 23 sentimeter dengan ketinggian 58 sentimeter.

Pada tabung tersebut terdapat lubang angin untuk pembakaran arang yang memerlukan gas oksigen.

"Kemudian terdapat pendingin yang terdiri dari pipa enam batang pipa kecil yang menyalurkan gas dari tabung gasifier menuju tabung penyaring. Pipa kecil ini didinginkan dengan cara direndam dengan air dalam wadah khusus yang dirancang sedemikan rupa," ujar Tanaka di sela-sela pemaparan teknologi tersebut kepada masyarakat.

Dari pendingin, gas tersebut masuk ke tabung penyaring berdiameter 20 sentimeter dengan ketinggian 44 sentimeter.

Di dalam tabung ini terdapat tiga keranjang besi yang diisi dengan arang "Bincho".

Tanaka pun turun langsung memberikan pelatihan cara pengoperasian tersebut kepada masyarakat. Didampingi oleh Sudaryanto atau yang disapa Yanto dari Lembaga Dian Desa Yogyakarta, mereka melatih masyarakat yang ditunjuk dalam kelompok sebagai operator.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com