Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suami Meninggal di Tenda Padepokan Dimas Kanjeng, Bekas Juru Masak Mengadu ke Polisi

Kompas.com - 28/10/2016, 17:25 WIB
Ahmad Faisol

Penulis

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Bekas juru masak Padepokan Dimas Kanjeng berinisial J, warga dari salah satu kabupaten di Jawa Timur, mengadu ke polisi lantaran suaminya meninggal tak wajar di tenda padepokan.

J didampingi lima kerabatnya mengadu ke Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara di Mapolres, Jumat (28/10/2016) sore.

J menceritakan kronologi mulai dia dan suaminya bergabung ke padepokan hingga sang suami meninggal di tenda padepokan pada 13 September 2016 lalu.

Baca juga: Polisi Selidiki Lima Makam Pengikut Dimas Kanjeng di Padepokan

Perempuan ini juga menyerahkan sejumlah benda yang dia dapat dari Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, kepada polisi.

Benda tersebut yakni foto Dimas Kanjeng bersama para penjaga gudang uang, foto Dimas Kanjeng dengan istri, serta foto Dimas Kanjeng bersama ulama.

Barang yang juga diserahkan adalah lembaran uang kertas rupiah dan uang Turki yang dibungkus plastik.

Soal kematian suaminya berinisial I di tenda padepokan, J menceritakan bahwa dia meninggal tak wajar lantaran kukunya hitam.

Saat itu, J dan I berada di dalam tenda padepokan. Pada tengah malam, I keluar tenda dan mengambil wudu untuk wirid.

"Setelah selesai wirid, dia masuk ke dalam tenda lalu telentang. Saat saya bangunkan, dia tak bangun-bangun. Tengkuknya banyak mengeluarkan keringat. Ulu hatinya juga saya sentuh. Kukunya hitam. Saat tangan saya diletakkan di atas hidungnya, sudah tak bernapas. Saya langsung berteriak minta tolong. Lalu para santri datang," katanya kepada wartawan.

Karena meninggal, jenazah I dibawa ke rumahnya di salah satu Kabupaten di Jawa Timur dan dimakamkan di sana.

J mengaku ikhlas suaminya meninggal, tetapi masih penasaran penyebab suaminya meninggal. Atas saran keluarga dan kerabat, J akhirnya mengadu ke polisi.

J dan suaminya menjadi santri padepokan sejak 2012. Sebelum I meninggal di padepokan, kedua pasutri paruh baya ini tinggal di tenda padepokan selama 3 bulan 9 hari. Selama di tenda padepokan, J mengaku menjadi juru masak.

"Saya menjadi juru masak selama tinggal di tenda padepokan. Karena jadi juru masak, saya tak perlu beli beras. Jadi makan di sana gratis, dikasih pihak padepokan dan santri lain," jelasnya.

J juga mengharapkan pencairan. Dia menyetor mahar kepada koordinator senilai total Rp 1,5 juta, tetapi hingga kini tak kunjung cair.

"Kalau ada pencairan, tak mungkin akan jadi seperti ini," ujarnya.

Kompas TV Misteri Isi Bungker Dimas Kanjeng
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com