Pemerintah Malaysia Perketat Pengawasan Barang, Harga Elpiji Melambung di Perbatasan

NUNUKAN, KOMPAS.com — Sejumlah kebutuhan pokok di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mulai melambung karena Pemerintah Malaysia memperketat pengawasan terhadap barang kebutuhan pokok keluar di wilayah perbatasan.

Kenaikan harga paling tinggi terjadi pada kebutuhan tabung elpiji. Ketatnya pengawasan membuat warga mulai kesulitan mendapatkan elpiji Malaysia di pasaran. Selain itu, harga elpiji juga mulai melambung naik.

"Kami jual Rp 250.000 harga agen, kalau lari ke pengecer lagi itu mencapai Rp 300.000-lah. Kita biasa stok 150 sekarang datang cuma 20-an 30-an," ujar Rahman salah satu agen yang menjual elpiji di Kabupaten Nunukan, Sabtu (22/10/2016).

Kelangkaan elpiji dari Malaysia diperparah dengan lambatnya pasokan elpiji 3 kilogram dari Tarakan ke wilayah perbatasan. Salah satu warga Nunukan Mirna mengaku terpaksa membeli Rp 25.000 untuk tabung elpiji 3 kilogram. Padahal, biasanya harga elpiji 3 kilogram hanya Rp 20.000.

"Mau 3 mingguan agak susah nyari elpiji 3 kilogram. Harganya juga naik Rp 5.000," ujarnya.

Menurut Rahman, meski Pemerintah Malaysia memperketat pengawasan, tetapi warga perbatasan masih bisa mendapatkan kebutuhan pokok mereka meski dibatasi. Menurut dia, warga juga masih banyak yang memilih menggunakan elpiji dari Malaysia karena, selain kualitas ketersediaan elpiji, Malaysia juga jarang terjadi kelangkaan.

Selain menyediakan elpiji Malaysia, di kiosnya, Rahman juga menyediakan elpiji 3 kilogram dan elpiji 5 kilogram dari Pertamina.

"Kalau datangnya bersamaan, elpiji Malaysia laku lebih cepat. Katanya kualitasnya bagus," kata Rahman. (Baca: Warga Perbatasan Menggelantung di Jembatan demi Pergi ke Luar Desa)

Selain elpiji, beberapa kebutuhan pokok, seperti minyak goreng, tepung, gula, beras, dan beberapa jenis sayuran dari Malaysia, juga mengalami kenaikan harga di pasar-pasar di wilayah perbatasan. Kenaikan itu berkisar antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per jenis barang.