Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beralih Tanam Pepaya Calina, Abdul Qohar Bisa Raih 18 Juta Per Bulan

Kompas.com - 21/10/2016, 14:10 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

LAMONGAN, KOMPAS.com – Lahan pertanian yang ada di Desa Candisari, Kecamatan Sambeng, yang berada di ujung selatan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, memang terkenal kering selama ini. Sudah turun temurun, petani hanya menanami lahan dengan padi, tembakau, dan jagung oleh para petani setempat.

Namun Abdul Qohar (58) berani mencoba hal berbeda daripada yang dilakukan mayoritas petani di Desa Candisari, Kecamatan Sambeng, Lamongan, dengan memilih membudidayakan pepaya Calina di sawah miliknya.

Sebuah pilihan, yang membuat Abdul Qohar sempat disebut gila oleh para petani lainnya waktu itu.

“Saya sendiri pertama kali menanam Pepaya Calina ini, sekitar tiga tahun lalu. Karena pilihan ini dan tidak menanam padi, tembakau, maupun jagung, membuat saya dianggap gila waktu itu. Tapi kini sudah terbukti, bahwa pilihan ini tidak salah dan saya tidak gila,” ungkap Abdul Qohar, Jumat (21/10/2016).

Secara perlahan, kesuksesan Abdul Qohar dalam membudidayakan Pepaya Calina membuat para petani lain di Desa Candisari, yang semula mencibirnya perlahan mulai mengikuti apa yang dibudidayakannya.

Terlebih ada salah satu distributor, yang siap menampung dan membantu penjualan Pepaya Calina hasil budidaya kelompok tani asuhan Abdul Qohar.

“Awal kali membentuk kelompok tani godong ijo sejahtera, kami hanya memiliki 32 orang anggota saja waktu itu. Tapi setelah melihat budidaya Pepaya Calina yang terus berkembang, banyak petani lain yang kepincut dan kemudian ikut bergabung, sehingga anggota kami kini sudah mencapai sekitar 112 orang yang tersebar di delapan desa yang ada di Kecamatan Sambeng,” ungkapnya.

“Berbeda dengan menanam padi, tembakau, dan jagung. Dengan menanam Pepaya Calina, membuat petani memiliki pemasukan setiap minggunya. Karena Pepaya ini, bisa dipanen dua kali dalam seminggu,” ungkap Abdul Qohar.

Menurut data, saat ini sudah ada seluas 15 hektar areal tanam pepaya Calina yang tersebar di Kecamatan Sambeng yang menjadikan mereka menjadi produsen terbesar ketiga di Jawa Timur akan komoditas ini.

“Pepaya Calina sangat cocok untuk lahan kering seperti di Sambeng. Saat berusia 6 bulan 20 hari, pepaya Calina sudah bisa mulai dipanen dan akan terus berbuah hingga berumur tiga tahun kemudian,” tuturnya.

Sementara itu, Negeri Hijau yang selama ini menjadi pihak distributor hasil Pepaya Calina para petani di Kecamatan Sambeng menjelaskan bahwa pemasaran produk ini masih sebatas hanya di sekitaran pulau Jawa saja.

“Selain di seputaran Lamongan, selama ini pepaya Calina dari Sambeng kami pasarkan ke Tuban, Gresik, dan Jakarta. Tapi kami berniat mengembangkan pemasaran, dengan coba menjajaki daerah lain di luar Pulau Jawa,” ujar CEO Negeri Hijau, Imam Ma’arif.

Karena pepaya Calina dari Kecamatan Sambeng sudah memiliki merek dagang, pihak Negeri Hijau juga coba membina pemilik kebun untuk menjaga kualitas buah agar tetap sama, meski ditanam di tanah yang berbeda.

“Karena itu, harus ada perlakuan yang berbeda untuk setiap jenis tanah sehingga kualitas buah yang kami dipasarkan, bisa selalu seragam,” sambungnya.

Imam menuturkan, dalam areal seluas 1 hektar bisa ditanam hingga 1.520 batang pepaya Calina. Setiap hektarnya, petani bisa mendapat omzet mencapai Rp 18 juta per bulan. Hebatnya lagi, angka tersebut sudah dihitung termasuk dengan adanya faktor kegagalan.

“Jika faktor kegagalan panen bisa ditekan, beberapa petani bahkan bisa meraup Rp 20 juta per bulan, dari setiap hektar areal tanam pepaya Calina,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com