Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Niat Bingung Cari Biaya Pengobatan Bayinya yang Kena Hidrosefalus

Kompas.com - 21/10/2016, 11:06 WIB
Hendrik Yanto Halawa

Penulis

GUNUNGSITOLI, KOMPAS.com — Mei Citra Jesica Bawamenewi, seorang bayi kembar berusia lebih dari 18 bulan asal Desa Sirahia, Kecamatan Idanotae, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, menderita hidrosefalus.

Jesica pun terpaksa ditinggalkan kedua orangtuanya untuk bekerja di Pekanbaru, Riau, demi mencari biaya pengobatan.

Namun, karena penyakitnya kian parah, Jesica dilarikan ke Klinik Santa Margaretha milik Yayasan Karya Fa’omazi Zo’aya.

Mendengar penyakit anaknya kian parah dan dibawa ke klinik, sang ibu, Niat Hati Halawa, kembali ke Gunungsitoli.

Sementara suaminya yang merupakan ayah Jesica, Nibezaro Bawamenewi, tetap bekerja di Pekanbaru sebagai penyadap karet.

Kepada Kompas.com, Jumat (21/10/2016), Niat menjelaskan, Jesica menderita hidrosefalus akibat pembengkakan dan pembesaran di kepala sehingga menimbulkan gangguan dan menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak.

Cairan itu berisiko menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Niat mengaku tidak mengalami adanya gejala ataupun kendala selama mengandung dan melahirkan Jesica.

"Anak kembar saya lahirkan normal, dan sejak lahir tidak ada gejala akan begini,” keluh Niat di Klinik Santa Margaretha Gunungsitoli.

Barulah sejak usia lima bulan, Jesica menunjukkan perubahan dengan tidak mau makan, tak dapat mengangkat kepala, air mata selalu mengalir meskipun tak menangis, terkadang suhu tubuhnya panas atau dingin dengan tiba-tiba.

“Kalau sakit demam diberikan obat kampung karena tak punya uang untuk beli obat,” ujarnya.

Sementara saudara kembar Jesica, Michael, saat ini kondisinya sehat. Namun, Niat juga khawatir bahwa Michael akan mengalami hal yang sama.

Niat mengaku, ia dan suaminya terpaksa meninggalkan anak kembar mereka ke Pekanbaru demi mencari uang untuk pengobatan Jesica.

"Itulah kenapa saya dan suami harus meninggalkan mereka di kampung dengan bekerja di Pekanbaru meskipun hanya sebagai penyadap karet di salah satu perusahaan besar di sana," katanya.

"Kami pasrah dan berserah diri dengan kondisi kami yang begini, tidak punya uang maupun jaminan kesehatan, dan berharap ada bantuan dari orang yang bisa membantu meringankan penderitaan Jesica yang kian memburuk," harap Niat.

Sementara itu, Suster Klara Duha, pengelola Klinik Santa Margaretha milik Yayasan Karya Fa’omazi Zo’aya, mengatakan, ia menerima Jesica pada tanggal 18 Oktober 2016. Jesica diantar oleh staf Bupati Nias Selatan Ina Syerli Duha saat blusukan di desa tempat tinggal Jesica.

“Kemarin dikontak oleh Ibu Bupati Nias Selatan bahwa akan mengirimkan seorang pasien balita yang menderita penyakit hidrosefalus untuk dirawat hingga sembuh. (Biaya) pengobatannya akan diusahakan dicarikan oleh Ibu Bupati,” kata Suster Klara, Jumat.

Rencananya, Jesica akan dirawat penuh di RSU Gunungsitoli, sebelum nantinya akan diterbangkan ke Semarang untuk operasi mengeluarkan cairan yang ada di kepalanya. Sebab, RSU Gunungsitoli tidak memiliki peralatan lengkap untuk operasi Jesica.

“Kami rencanakan, dalam minggu depan akan membawanya ke Semarang, tetapi setelah ada persetujuan dokter yang merawat,” ujar Suster Klara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com