Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komarodin, "Komandan" yang Gigih Mendampingi Petani Kebonrejo

Kompas.com - 18/10/2016, 07:01 WIB

KOMPAS.com - Komarodin (49) bukanlah petani. Ia tidak membudidayakan tanaman apa pun, bahkan tidak punya lahan pertanian. Namun, ia begitu gigih mendorong para petani di Desa Kebonrejo, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, maju dan terbebas dari kemiskinan.

Komarodin adalah anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) berpangkat sersan satu (sertu) yang bertugas di Koramil X Candimulyo Kodim 0705 Magelang. Namun, "pangkat" lain juga melekat kepadanya, yaitu Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejo dan Sekretaris Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Barokah.

Di Kelompok Tani Ngudi Rejo, dia menjadi "komandan" bagi 38 anggotanya yang terdiri dari petani dan penderes nira. Di Gapoktan Tani Barokah, ia ikut mengurus sembilan kelompok tani, salah satunya Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Tani.

Kelompok Tani Ngudi Rejo dan KWT Srikandi Tani adalah dua kelompok tani yang dibentuk atas inisiatif Komarodin. Sejak awal, ia menetapkan aturan bahwa setiap anggota tidak perlu membayar iuran keanggotaan. Baginya, kewajiban membayar iuran adalah "tradisi" lama yang harus diubah. Dana untuk membiayai dan mengembangkan kelompok tani harus diperoleh dari kegiatan bersama.

Untuk itu, Komarodin tak letih mendampingi dua kelompok tani binaannya itu, termasuk para ibu rumah tangga yang tergabung di Srikandi Tani. Dengan cara itu, kini dua kelompok tani tersebut berhasil mengekspor gula semut ke mancanegara.

Saat Kompas mengunjungi Desa Kebonrejo, pertengahan Agustus, tampak sejumlah warga sibuk mengambil air nira dari pohon kelapa. Sebagian ibu-ibu memasak bahan nira di dapur. Sebagian lagi tengah mengemas gula yang sudah jadi untuk dibawa ke kantor KWT Srikandi Tani.

Lelaki biasa memanen nira dari kebun pada pagi hari. Proses selanjutnya diserahkan kepada para ibu di sela mengurus rumah dan anak-anak. Mereka memasak air nira sekitar tiga jam sampai menjadi kental seperti karamel. Bahan itu didinginkan, lalu dimasak lagi sampai kering dan mengeras menjadi serbuk kasar. Serbuk kemudian diayak sehingga menghasilkan butiran gula semut yang siap dikemas. Proses itu kelar pada siang hari.

Penderes nira

Semangat dan kegigihan Komarodin mendampingi para petani dipicu rasa prihatin melihat kondisi para petani di desanya. Terlahir dari keluarga penderes nira, ia tahu betul bahwa kondisi ekonomi petani di desa umumnya pas-pasan. Banyak dari mereka bahkan masuk kategori warga miskin.

"Saya sempat pergi meninggalkan kampung selama 20 tahun. Setelah kembali, saya masih saja menemukan warga yang bekerja hanya sebagai penyadap nira dan pembuat gula merah cetak. Padahal, harga jualnya terlalu murah," ujar Komarodin yang pernah bertugas di Mabes TNI AD Jakarta (1988-2008) dan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (2008-2013).

Saat masih bertugas di Kabupaten Banjarnegara, Komarodin mulai membangun rumah yang kemudian dihuni istri dan anak-anaknya di Desa Kebonrejo, Kabupaten Magelang. Setiap empat hari sekali, ia selalu pulang untuk menengok keluarga.

Selama berada di kampung, ia kerap bercakap-cakap dengan para petani, mantri tani, dan pegawai dinas pertanian. Dari obrolan itu, Komarodin mendapat banyak informasi terkait pertanian. Ia pun tersulut untuk mengembangkan perekonomian desa melalui gerakan pertanian.

Pucuk dicinta ulam tiba. Ia ditugaskan sebagai Babinsa di Magelang sehingga bisa dekat dengan kampung halamannya. Hasratnya untuk menggerakkan pertanian di desanya pun bisa lebih mudah dicurahkan.

Di tahap awal, ia membentuk Kelompok Tani Ngudi Rejo, menggantikan kelompok tani sebelumnya yang pasif tanpa kegiatan. Lewat kelompok itu, Komarodin menggerakkan para petani untuk bertani dan beternak.

Tidak hanya bapak-bapak, ia juga berusaha menggerakkan para ibu untuk memproduksi jenis gula yang harganya lebih mahal. Selama ini, para ibu biasa memproduksi gula merah cetak. Komarodin mengarahkan mereka untuk membuat gula semut yang harganya mencapai Rp 10.000 per kilogram. Sayangnya, warga belum terbiasa membuat gula semut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com