Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ganjar Pranowo
Gubernur Jateng

Gubernur Jawa Tengah

Pungli, Target Utama Revolusi Mental

Kompas.com - 14/10/2016, 10:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Dalam dua bulan terakhir setiap hari akun media sosial saya tidak pernah sepi dari isu pungli. Setelah sidak ke Magelang, saya kira pengaduan masyarakat akan mereda. Ternyata malah berkali-kali lipat banyaknya.

Masyarakat seperti dikompori. Mereka ramai-ramai melaporkan besaran pungli di daerahnya masing-masing. Twitter, Facebook, Instagram, dan website Laporgub saya penuh aduan.

Dari pungli di berbagai Samsat, pengaduan e-KTP, pengurusan SIM, jembatan timbang, pengurusan sertifikat tanah, izin usaha, IMB, dan izin-izin lainnya yang berbelit-belit dan mahal. Terakhir saya baca di koran Tribun Jateng soal pungli yang merebak di pelabuhan.

Tentu tidak semua bisa saya tangani sendiri karena berhubungan dengan instansi lain. Tapi yang menjadi domain Pemprov Jateng, saya pastikan cepat-lambat akan ketahuan. Bisa dari sidak yang akan terus saya lakukan secara rutin atau laporan masyarakat.

Tidak banyak yang tahu bahwa saya sudah memecat puluhan pegawai Pemprov Jateng karena pelanggaran, baik itu pungli atau tindak indisipliner lain. Yang masih berani main-main silakan, cepat atau lambat pasti ketahuan.

Terutama pungli di Samsat yang membuat saya benar-benar meradang. Ekonomi global yang memburuk telah mempengaruhi ekonomi nasional dan menular sampai tingkat lokal.

Semua provinsi, termasuk Jawa Tengah yang saya pimpin mengalami kesulitan pendapatan. Padahal hampir seluruh provinsi di Indonesia pendapatannya bergantung pada pajak kendaraan.

Ketika orang dengan sadar datang sendiri ingin menyetorkan uangnya, melaksanakan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik, ee.. ternyata dipungli. Ambil formulir bayar, cek fisik bayar, ambil plat bayar lagi. Tentu tidak semua Samsat melakukan itu, tapi laporan datang demikian banyak.

Maka saya putuskan kemarin turun sendiri bersamaan dengan jadwal keliling daerah. Tidak ada target khusus sebenarnya.

Kebetulan saja kemarin jadwalnya ke Magelang. Saya diundang memberi kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Magelang. Juga ada agenda mengecek beberapa proyek yang anggarannya dari bantuan keuangan Pemprov Jateng.

Sidak itu tidak ada yang tahu. Saya tidak memberi tahu siapapun. Bahkan, ajudan dan petugas polisi pengawalan juga tidak tahu. Saya pun tidak menyalahkan ketika mobil patwal itu kebablasan sendiri, jalan terus, tanpa tahu saya sudah berbelok ke Kantor Samsat.

Sejak turun dari mobil hingga bertemu beberapa petugas, saya melihat situasi yang wajar-wajar saja. Petugas-petugas yang saya temui menampakkan wajah yang ramah.

Beberapa titik yang saya cek menunjukkan pelayanan yang baik. Hingga terakhir saya mengecek ke bagian pelayanan umum di mana banyak orang duduk-duduk menanti pelayanan.

Spontan saya tanya seorang bapak. "Sedang mengurus apa?"

"Pajak lima tahunan," jawabnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com