Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motif Koleksi Batik Pura Pakualaman Terinspirasi dari Serat Kuno

Kompas.com - 12/10/2016, 16:26 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

BANTUL, KOMPAS.com - Di Jogja Expo Center (JEC), selama lima hari ke depan digelar Jogja International Batik Biennale (JIBB). Seluruh batik dari nusantara maupun internasional dipamerkan di perhelatan yang akan digelar selama dua tahunan ini.

Salah satu yang menarik perhatian adalah batik koleksi Pura Pakualaman Yogyakarta. Stand Pura Pakualaman dihias dengan bentuk joglo yang dikelilingi koleksi batik khas penuh filosofi. Selain itu, tepat di depan Joglo terdapat beberapa abdi dalem yang sedang membatik.

Berbeda dengan yang lainnya, pada ajang JIBB ini, Pura Pakualaman memamerkan beberapa koleksi Batik yang motifnya bersumber dari naskah kuno.

"Di Pura Pakualaman mempunyai banyak serat (naskah) kuno. Semua tersimpan dengan rapi," ujar Nyimas Lurah Renggomurti, abdi dalem Pura Pakualaman, saat ditemui Kompas.com, Rabu (12/9/2016).

Abdi Dalem Bagian Batik ini menjelaskan, pada awalnya, ide membuat motif batik dengan mengambil sumber dari naskah ini dari Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam yang merupakan istri Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X.

Naskah-naskah kuno Pura Pakualaman ini setelah diterjemahkan ternyata terdapat pitutur Jawa dan filosofi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

"Naskahnya itu dari abad ke-16," kata Nyimas.

Melihat itu, Gusti Putri, panggilan untuk Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu lalu mempunyai ide untuk menuangkan pitutur dan gambar yang penuh dengan manfaat bagi manusia itu ke dalam kain batik.

"Ambil beberapa unsur dari naskah, baik ilustrasi maupun tulisannya. Batik dengan lukis kan beda, jadi hanya diambil unsur-unsurnya saja," tegasnya.

Menurut dia, salah satu tujuan dari motif batik ini adalah untuk melakukan sosialisasi serat-serat kuno Pura Pakualaman. Dari tahun 2011 hingga 2016 ini, sudah ada lebih dari 15 karya batik dari naskah Pura Pakualaman.

Beberapa batik koleksi Pura Pakualaman yang sudah jadi yakni Motif Batik Sawat Wukir yang mengambil dari Serat Rama, Arjunawijaya Saha Kempalan Dongeng, motif Batik Tyas Muncar dari Naskah Sestra Ageng Adidarma dan Sestradisuhul, motif Batik Sari Makara Uneng dari naskah Langen Wibawa, Batik Motif Wilayah Kusumajana dari naskah Sestradisuhul dan Babar Palupyan.

Selain itu, juga terdapat motif batik ajaran Asthabrata berisi delapan dewa, yakni Batara Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Wisnu, Brama dan Baruna. Motif batik seri Asthabrata ini diambil dari naskah Serta Ageng Adidarma dan Sestradisuhul. Kain batik tentang Dewa Batara Brama, misalnya, dinamai motif Brama Sembada yang artinya tangguh dan wibawa.

Kain batik tentang Batara Bayu diberi nama Bayu Krastala yang artinya berpendirian teguh dan selalu berpijak pada kebenaran.

Kain Batik tentang Batara Surya diberi nama Surya Mulyarja yang artinya mulia dan sejahtera serta surya sebagai penebar kemuliaan dan kesejahteraan.

"Misalnya Brama kan dewa perang, jadi diambil api-apinya jadi kesan keberanian," tandasnya.

Pura Pakualaman juga membuat motif batik yang diberi nama Asthabrata Jangkep. Kain Batik motif ini terdapat gambar wajah delapan dewa serta ciri khasnya.

"Delapan dewa digabungkan dalam satu motif batik namanya Asthabrata Jangkep. Lalu ada juga motif pengembangan dari yang sudah ada," tuturnya.

Berbagai motif Batik Pura Pakualaman ini selain menjadi koleksi juga dijual. Namun demikian pembeli harus memesan dahulu untuk mendapatkannya karena tidak diproduksi dalam jumlah banyak.

"Juga boleh dibeli tetapi mungkin harus pesan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com