Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil Bicara soal Perbedaan Pola Pikir Masyarakat Barat dan Timur

Kompas.com - 11/10/2016, 16:49 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BALI, KOMPAS.com - Lahir di Kota Bandung dan sempat mengenyam pendidikan di Amerika Serikat membuat Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sedikit paham tentang perbedaan cara berpikir antara orang barat dengan timur.

Menurut pria yang akrab disapa Emil ini, masyarakat barat sangat mengandalkan logika dalam berpikir serta tak pernah lepas dari perhitungan angka. Berbeda dengan budaya orang timur yang selalu melibatkan pendekatan emosional dalam berbagai hal.

"Saya dididik lahir besar di dunia timur yang berpikir emosional tapi sekolah di barat yang berpikir logika. Berpikir logika itu selalu menempatkan kalau tidak logis tidak usah menjadi sebuah referensi. Maka di dunia barat cara berpikir mendesain menghitung itu logis pakai urutan nomor. Kalau di Indonesia pakai emosi, melibatkan daya memori," tuturnya.

Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam World Culture Forum di Nusa Dua, Bali, Selasa (11/10/2016).

Emil menuturkan, bagi masyarakat timur yang percaya metafisik, harmonisasi antara religi, sosial dan alam sangat dikedepankan, khususnya dalam membangun peradaban kota.

"Di dunia timur yang percaya metafisik, alam dianggap sebagai makhluk yang bisa bicara, maka harus dihormati, sesama manusia dianggap setara, itulah yang menjadi kelebihan budaya timur dimana metafisika alam dan keharmonisan manusia harus jadi nilai," ucapnya.

"Sehingga hidup ini tidak direduksi hanya mengejar ekonomi seperti binatang ekonomi yang hanya mengejar kesejahteraan tanpa keseimbangan," jelasnya.

Emil berpendapat, derasnya pengarung teknologi sangat berdampak signifikan terhadap nilai budaya dalam membangun sebuah kota.

"Budaya kan ekspresi manusia. Saya selalu bilang teknologi itu memudahkan tapi jangan sampai menghilangkan kemanusiaan, dan teknologi ini punya sisi baik dan buruk," ucapnya.

Dia menilai, interaksi fisik masih sangat penting untuk dilakukan. Sebab, sosialiasi masyarakat tak bisa direduksi hanya di ruang digital.

"Maka ruang budaya itu penting karena manusia itu makhluk yang multidimensi. Kalau manusia dimensinya dibatasi oleh teknologi, setengah dimensi lainnya tidak tereksplor. Di situlah letak lahirnya stres, kejahatan, tidak ada toleransi, karena tidak pernah bertemu. Di Bandung ruang fisik itu paling penting, bagi saya itu tujuan paling baik," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com