Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo soal Kasus Bayi Tertukar, Massa Lempari Kantor DPRD Bima dengan Batu

Kompas.com - 10/10/2016, 18:01 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Aksi demonstrasi puluhan massa di depan kantor DPRD Kabupaten Bima berakhir ricuh, Senin (10/10/2016).

Puluhan massa yang tergabung dalam organisasi peduli kemanusiaan ini meminta anggota DPRD setempat untuk mengusut kasus dugaan penukaran bayi di RSU Bima yang terjadi pada September 2016.

Karena merasa kesal terhadap anggota dewan yang tak kunjung menemui mereka, massa aksi langsung mengamuk dan berusaha merusak gerbang pintu masuk utama gedung DPRD.

Tak hanya itu, para pendemo yang tampak emosi juga melempari kantor parlemen tersebut dengan batu.

Sementara itu, anggota dari Satuan Polisi Pamongpraja PP bersama aparat kepolisian yang berjaga tak bisa berbuat banyak. Petugas hanya bisa berdiri di halaman kantor tersebut sembari mengamankan situasi.

Aksi para demonstran tak sampai di situ. Massa juga melampiaskan kekecewaannya dengan menyandera dua mobil dinas milik Pemerintah Kabupaten Bima saat melintas di depan kantor DPRD setempat.

Tidak terima mobilnya dicegat, dua pengemudi yang terlihat kesal pun nyaris baku hantam dengan para pendemo. Beruntung ketegangan antara sopir mobil pelat merah dan massa aksi bisa dilerai petugas, sehingga keributan tidak terjadi.

Namun, suasana kembali memanas ketika anggota DPRD Kabupaten Bima M Natsir langsung menemui mereka. Di hadapan massa aksi, Natsir mengaku pihaknya sudah mengambil tindakan terkait kasus dugaan penukaran babyi di RSU Bima, beberapa waktu lalu.

"Kami sudah panggil pihak RSUD Bima, termasuk dokter yang menangani persalinan untuk dimintai klarifikasi," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Natsir juga meminta pihak RSUD agar melakukan tes DNA ulang terhadap bayi-bayi yang lahir pada hari bersamaan dengan bayi yang diduga tertukar.

"Kami tidak tinggal diam dan kami terus mengusut permasalahan ini sampai tuntas," tegasnya.

Setelah mendengar penjelasan dari anggota DPRD, para demonstran akhirnya membubarkan diri dengan tertib.

Aksi para demonstran tersebut menyusul adanya kasus dugaan penukaran bayi di RSU Bima yang saat ini sedang ditangani Polres Bima Kota.

Sumarni, ibu bayi mengaku bahwa anaknya lahir melalui operasi caesar di RSU Bima pada tanggal 22 September 2016. Namun ia menduga ada yang janggal dengan bayi laki-laki yang ditunjuk pihak RSUD seusai menjalani persalinan.

Karena merasa curiga, sang suami akhirnya memutuskan untuk melakukan tes darah dan DNA terhadap bayi tersebut di salah satu rumah sakit di Denpasar-Bali.

"Berdasarkan tes darah dan DNA, bayi itu bukan anak saya. Saya dan suami sama-sama memiliki golongan darah B, sedangkan bayi itu memiliki golongan darah O," kata Sumarni.

Merasa ada yang janggal dengan ciri-ciri bayi itu, Sumarni dan suaminya lantas membawa permasalahan ini ke ranah hukum untuk mengungkap kebenaran atas kasus dugaan penukaran bayi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com