Ricky Nelson, Sang Pembuat Mobil Listrik Selo dan Obsesi Jadi Perancang Mesin F1

SURABAYA, KOMPAS.com - Perancang mobil listrik Selo, Ricky Elson, sebenarnya menaruh cita-cita tinggi dalam hidupnya, yakni menjadi perancang mesin mobil Formula 1 (F1). 

Cita-cita itu, sejak dia mendengar informasi dari salah satu dosennya bahwa efisiensi mesin mobil F1 hanya sampai 37 persen. Melalui pengembangan riset yang dilakukannya, dia berangan-angan akan memaksimalkan efisiensi mesin F1.

"Dalam hati saya, saya pasti bisa memaksimalkan efisiensi mesin F1 dengan teknologi hybrid," kata Ricky saat membagi pengalaman teknopreneurship di hadapan mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Kamis (6/10/2016).

Namun untuk mewujudkan obsesi ternyata tidak mudah, karena saat lebih jauh melihat lebih luas kondisi bisnis produksi mobil di dunia, ternyata perusahaan mobil besar sekelas Toyota dan Honda memiliki ribuan karyawan bergelar doktor.

Dia pun merubah haluan untuk fokus pada pengembangan teknologi listrik, khususnya setelah mengenal Dahlan Iskan yang saat itu menjadi Direktur Utama PT PLN (Persero).

Dalam paparannya, lulusan Tehnik Mesin Universitas Andalas Padang, Sumatera Utara itu, menekankan bahwa semangat dan keyakinan adalah modal utama untuk menjadi sukses.

"Indonesia ini negara kaya, semuanya ada di Indonesia. Tinggal bagaimana kita mengelolanya," terang Ricky.

Semangatnya dicontohkan saat dia bersama mantan menteri BUMN Dahlan Iskan, terlibat kecelakaan saat mengendarai mobil buatan dalam negeri, Tucuxi di Magetan, Jawa Timur 2015 lalu.

Satu jam usai kecelakaan, menurut Ricky, Dahlan Iskan bertanya kepadanya di suatu pondok pesantren tempat keduanya diperiksa kesehatan.  "Apakah kamu masih mau memproduksi mobil yang lebih bagus?" tanya Dahlan.

"Kalau perlu, besok saya buat lagi mobil yang lebih bagus," jawab Ricky kepada Dahlan.

Setelah itulah, dengan semangat yang masih menyala, Ricky merancang Selo dan Gendhis. Dua mobil listrik yang belakangan ternyata lebih diminati oleh Malaysia daripada di Indonesia sendiri.