Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unibraw Buat Alat Pemurni Minyak Jelantah hingga Aman Dikonsumsi

Kompas.com - 03/10/2016, 16:51 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya membuat perangkat penyaring minyak jelantah atau minyak goreng yang sudah dipakai.

Perangkat yang masih prototipe itu bisa menyaring minyak jelantah hingga aman digunakan kembali.

Perangkat itu diberi mana Zuvier Purify Oil Filter. Terdiri dari enam kaleng bekas dan sejumlah perangkat elektronik lainnya. Cara kerjanya, minyak jelantah dituang ke dalam kaleng pertama. Setelah itu, perangkat tersebut dihidupkan.

Kaleng pertama yang sudah berisi minyak jelantah akan bekerja menyaring minyak tersebut melalui microfiber. Kemudian melalui mesin pompa vakum, minyak tersebut akan pindah ke kaleng kedua.

Di dalam kaleng itu, minyak tersebut mengalami proses pemanasan sampai pada suhu 150 derajat selsius. Hal itu dilakukan untuk mengurangi kadar air yang ada pada minyak jelantah tersebut.

Dari yang awalnya sebanyak 0,415 persen per liter menjadi 0,24 per liter. Sesuai dengan SNI, kadar air dalam minyak goreng aman dipakai jika berada di bawah 0,3 persen.

Setelah proses itu selesai, minyak akan pindah ke kaleng berikutnya, yaitu kaleng ketiga. Di kaleng ketiga ini, minyak itu diberi campuran ziolite. Kemudian mengalami pengadukan dan pemanasan sampai 150 derajat selsius.

"Supaya bisa mendegredasi bau yang diakibatkan oleh minyak jelantah dan mengurangi kandungan air," kata Sofia Afifah A, salah satu mahasiswa yang membuat perangkat tersebut, Senin (3/10/2016).

Kemudian minyak itu akan pindah ke kaleng empat. Prosesnya sama, yaitu dipanasi sampai dengan 150 derajat selsius. Diberi campuran karbon aktif untuk menurunkan kadar FFA (free fatty acid) atau kadar jenuh yang ada dalam minyak.

Sesuai dengan SNI, minyak goreng aman dikonsumsi jika FFA-nya berada di bawah 0,3 persen. Sementara dalam minyak jelantah kadar FFA-nya bisa sampai 2,34 persen. Melalui proses ini, kadar FFA sebanyak itu bisa diturunkan menjadi 0,28 persen.

Lalu di kaleng lima, minyak kembali dipanaskan hingga suhu 150 derajat selsius dan diberi campuran zat bentonit supaya terjadi pemurnian dengan mengurangi kadar peroksida yang awalnya 8,6 persen menjadi 1,88 persen yang ada pada minyak.

Terakhir masuk ke kaleng enam sebagai tempat minyak jelantah yang telah dimurnikan dan kembali aman dikonsumsi.

"Lama kerjanya bisa sampai lima jam. Ternyata filter minyak itu tidak sesimpel filter air. Filter minyak ini butuh pemanasan," imbuh Sofia.

Sofia melanjutkan, proses pemurnian itu masih butuh penelitian lebih lanjut. Hal itu untuk mengetahui jumlah vitamin yang ada dalam minyak tersebut.

Namun demikian, dalam waktu dekat, prototipe itu akan diangkat ke dalam jurnal internasional.

"Tapi kita belum bisa mengembalikan vitamin yang ada di dalam minyak. Kita masih melakukan penelitian lebih lanjut," jelas mahasiswa semester tujuh itu.

Perangkat itu menghabiskan dana Rp 5 juta dan sudah mendapat penghargaan dalam acara The 3rd Internasional Young Inventors Award di Surabaya awal September lalu.

Ada enam mahasiswa yang melakukan penelitian itu. Selain Sofia Afifah A, ada Yuyun Dripadi AA, Indra Barani, Linggar Graha Putra Sigita, Moh Rizal Fauzi dan Neila Nabilah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com