Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2016, 18:21 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, mulai menggagas transportasi monorel untuk mengatasi kemacetan. Saat ini, Pemerintah Kota Malang masih mencari investor untuk membiayai pembangunan mode transportasi tersebut.

"Langkah-langkah kami bagaimana yang merupakan problem kita harus terpikirkan. Kita harus mencari inviestor, mau tidak mau investor penting bagi kita untuk pelaksanaan ini," kata Wali Kota Malang, M Anton di Balai Kota Malang, Jumat (30/9/2016).

Anton mengaku banyak mendekati para investor. Terutama investor asal luar negeri. Namun yang sedang fokus membicarakan pembangunan monorel itu hanya satu, yakni investor asal Tiongkok.

"Banyak investor yang kita dekati. Tapi kita mencoba dulu, karena ini dengan luar negeri, kita matangkan dulu satu investor ini. Perlu ada sesuatu yang dibicarakan detil," ungkapnya.

Anton menjelaskan, jalan satu-satunya untuk pembangunan monorel itu harus melalui investor. Sebab, dana dari APBD tidak akan sanggup untuk membiayai pembangunan tersebut.

"Kami tidak bisa mendanai lewat APBD. Dengan jumlah anggaran yang ada sudah tidak bisa untuk berinovasi mengatasi kemacetan di Malang," ucapnya.

Di sisi lain, pihaknya mengaku masih harus berkonsultasi dengan pemerintah pusat terkait rencana pembangunan monorel tersebut.

"Sebuah kebijakan yang menyangkut masalah perhubungan mesti kita konsultasi dengan Menteri Perhubungan," ungkapnya.

Rencananya, pusat pembangunan monorel itu akan diletakkan di depan Stasiun Kota Malang. Dari sana, monorel itu nantinya akan menjangkau pusat pendidikan, mal dan rumah sakit.

Tahap pertama, Anton menginginkan pembangunan monorel itu sepanjang lima kilometer.

"Sekarang kita mengkaji titiknya di depan stasiun. Bisa nanti mulainya di situ. Mungkin ke universitas, ke mal dan ke rumah sakit," ucapnya.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang, Wasto mengatakan, pembanguna monorel sangat efektif untuk mengatasi kemacetan di Kota Malang. Pasalnya, jalan yang ada sudah tidak mungkin untuk diperlebar. Apalagi harus membangun ruas jalan baru.

"Menurut saya, monorel penting untuk mengatasi kemacetan. sulit membebaskan lahan untuk perluasan jalan. Saya bayangkan, 10 tahun ke depan, malang akan padat," tuturnya.

Monorel itu diharapkan bisa menghubungkan pusat perekonomian dan keramaian di Kota Malang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com