Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Istri Korban Pembunuhan Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi

Kompas.com - 30/09/2016, 11:58 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Erwin Hariyati (25), istri Abdul Ghani, salah satu korban pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Taat Pribadi, pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng menuturkan bahwa dirinya sudah menduga kematian suaminya terkait praktik dugaan penggandaan uang di padepokan yang berada di Probolinggo, Jawa Timur, tersebut.

Kecurigaannya tersebut sudah pernah disampaikannya pada pihak kepolisian dari Wonogiri yang mendatanginya tujuh hari setelah suaminya ditemukan tewas di Wonogiri.

Erwin menuturkan, kepadanya, almarhum suaminya pernah bercerita mengenal Taat Pribadi cukup lama bahkan saat mereka berdua masih sama sama lajang. Taat pribadi dan Abdul Ghani sempat belajar pada guru spiritual yang sama.

"Suami saya sebelum berdirinya padepokan sudah sering sama Kanjeng Taat. Mulai dari muda. Jadi bisa dikatakan yang membesarkan padepokan termasuk suami saya juga. Ia sebagai ketua kesultanan di padepokan," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (30/9/2016).

Abdul Ghani kemudian mencari kebenaran terkait dugaan praktik penggandaan uang yang dilakukan oleh Kanjeng Taat Pribadi. Kepadanya kemudian, lanjut Erwin, suaminya mengaku menemukan banyak kejanggalan.

"Suami saya bilang apa yang dilakukan Kanjeng Taat sudah tidak masuk akal. Kanjeng itu kan pasti kasih barang barang aneh seperti kantong uang katanya, ada rekening gaib, pulpen gaib termasuk ada perhiasan gaib. Pokoknya enggak masuk akal," tuturnya.

Dia juga mengaku beberapa kali diajak suaminya mengunjungi padepokan yang memiliki ribuan pengikut tersebut termasuk mengikuti istighosah. Namun pesan yang disampaikan dalam pengajian akbar tersebut, menurut perempuan kelahiran Banyuwangi 13 Maret 1991 tidak jauh dari urusan uang.

"Sebenarnya sejak menikah dengan saya Juni 2015, suami saya sudah jarang ke padepokan dan fokus ngurus keluarga dan pekerjaannya sendiri. Suami saya bekerja di bidang jual beli serta pengolahan emas, perak dan batu mulia di Probolinggo," tuturnya.

Erwin melanjutkan, kesabaran suaminya sudah habis setelah menemukan banyak hal yang tidak masuk akal dan melaporkan hal tersebut ke Jakarta.

"Terakhir ketemu dia cerita akan ketemu dengan Kanjeng Taat di Probolinggo dan akan mengambil uang Rp 20 miliar. Sebelum pulang ke Probolinggo, suami saya sempat membasuh kaki ibu dan bapak saya untuk meminta restu," ungkapnya.

(Baca juga: Anak Buah Taat Pribadi Dibunuh Sebelum Jadi Saksi di Mabes Polri)

Erwin mengaku sengaja pindah ke Banyuwangi karena suaminya sering mendapat ancaman pasca akan melaporkan dugaan praktik penipuan yang dilakukan oleh Taat Pribadi.

"Saya shock saat saya tahu suami saya ditemukan tewas. Saya sudah menduga ada kaitannya dengan padepokan. Saya mau siapa pun yang terlibat atas kematian suami saya dihukum setimpal," pungkasnya.

Abdul Ghani adalah adalah salah satu korban pembunuhan yang diduga diotaki oleh Taat Pribadi, pemimpin Padepokan Dimas Kanjang yang berada di Probolinggo, Jawa Timur. Laki-laki kelahiran Probolinggo tahun 1973 tersebut ditemukan tewas di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Jawa Tengah pada 14 April 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com