BAWEN, KOMPAS.com - Farel Jonatan Kurniaran (9) terlihat takjub melihat deretan pohon kopi yang tumbuh rapi di kebun kopi Getas, di kawasan Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang, Kamis (29/9/2016).
Siswa kelas III SD Kristen Tri Tunggal Semarang itu mengaku baru pertama kali melihat pohon kopi. Sebelumnya dia mengira bahwa pohon kopi itu tinggi dan buahnya sudah berwarna hitam. "Ternyata pohonnya pendek, buahnya ada yang merah," kata Farel.
Ia mengaku pernah minum kopi dan menyukainya, tapi dia lebih sering melihat ayah dan ibunya yang meminum kopi. "Rasanya pahit ada manisnya," sebut dia.
Sebanyak 77 siswa SD Kristen Tri Tunggal Semarang disampingi 10 guru, pagi itu memang sengaja "digiring" ke kebun kopi di Kampoeng Kopi Banaran Bawen, salah satu dari sekian kebun milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX yang mempunyai paket wisata edukasi untuk pelajar dan mahasiswa.
Mereka dapat melihat secara langsung pohon kopi dan dikenalkan bagaimana cara menanam pohon kopi, mulai dari pembibitan, persemaian, penanaman, perawatan hingga proses memanen kopi.
Seorang pemandu dengan sabar menjelaskan dan menjawan setiap pertanyaan dari anak-anak ini tentang seluk beluk tanaman dan buah kopi.
Eko Suprayogi, salah satu pemandu menjelaskan bahwa luas tanaman kopi di kebun kopi Getas ini mencapai 400 hektar. Sementara jumlah pohon kopi yang ditanam mencapai 560.000 batang.
"Setiap satu hektar lahan kopi, bisa menghasilkan sekitar 1.000 hingga 1.200 kilogram kopi. Khusus di kebun kopi Getas ini, yang kita tanam adalah jenis kopi Robusta, yang cocok dengan ketinggiannya," kata Eko.
Menurut salah satu guru pembimbing kelas III SD Kristen Tri Tunggal, Dwi P Wulansari, kegiatan studi lapangan ini diharapkan bisa menumbuhkan sikap kritis dan kreatif anak terhadap lingkungan sekitar dengan cara-cara yang lebih rekreatif.
"Mereka bisa tahu tanaman kopi itu seperti apa, biar tidak abstrak karena di sekolah itu kan hanya teori. Istilahnya belajar sambil menikmati alam," kata Wili, pangilan akrab Dwi P Wulansari.
Dengan melihat langsung ke lapangan, dapat memberikan pengalaman belajar nyata kepada anak-anak. Kegiatan field trip ini dirancang atau disesuaikan kurikulum atau kegiatan belajar anak di kelas.
"Setelah kunjungan ini, anak-anak kami minta untuk mereview kembali melalui soal-soal dalam pelajaran," ujarnya.
Selain melihat tanaman kopi, wisata edukasi di Kampoeng Kopi Banaran ini juga menawarkan anak-anak untuk mengenal lebih dekat tanaan karet, kakao dan tanaman pala. Kegiatan ini semakin menarik karena dipadukan dengan outbond dan berkeliling kebun kopi menggunakan kereta wisata.
Begitu juga untuk tanaman kakao, banyak yang tidak memahami bahwa cokelat yang rasanya manis ini diambil dari biji yang terdapat didalam buah kakao.