Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi RSUD Dokter Slamet Atmosoediro di DAS Cimanuk

Kompas.com - 25/09/2016, 15:03 WIB

KOMPAS - Banjir bandang yang melanda Kota Garut, Jawa Barat, Rabu (21/9) dini hari, menimbulkan ironi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Slamet Atmosoediro. Ketika pelayanannya sangat dibutuhkan, RSUD yang terletak di Kota Garut ini nyaris tidak berfungsi karena menjadi korban terjangan banjir bandang Sungai Cimanuk.

"Sejumlah alat kedokteran terendam air, mulai dari mesin radiologi, peralatan ICU (intensive care unit), dan mesin hemodialysis. Empat mobil ambulans juga rusak terseret air bercampur lumpur. Akibatnya, pelayanan kesehatan nyaris lumpuh," ujar Direktur RSUD dr Slamet Maskut Faridz di Garut.

Pelayanan poliklinik dan instalasi gawat darurat (IGD) terpaksa ditutup. RSUD tipe B Non Pendidikan berkapasitas 512 tempat tidur ini tidak menerima pasien baru. Pasien yang memerlukan tindakan operasi dirujuk ke rumah sakit lain.

"Waktu banjir datang, saya langsung digotong ke atas. Saya pasrah saja, kebetulan kondisi saya juga sudah agak baik," kata Rismayanti (37), pasien penderita jantung yang awalnya dirawat di ruang ICU.

Mengapa RSUD dr Slamet menjadi sasaran terjangan Sungai Cimanuk? Rumah sakit yang dibangun pada zaman Belanda tahun 1922 itu terletak pada pertemuan Sungai Cimanuk dengan dua anak sungainya, Cikamiri dan Cipeujeuh. Akibat hujan deras Selasa malam hingga Rabu dini hari, ketiga sungai meluap berbarengan, membawa material lumpur dari hulu.

Selain RSUD, juga ikut hancur bangunan vital lain di daerah Tarogong Kidul. Tercatat 633 rumah terendam dengan ketinggian air sekitar 2,5 meter. Rumah warga yang rusak berat, roboh, dan hanyut mencapai 150 rumah.

Korban jiwa hingga Sabtu (24/9/2016) malam mencapai 33 orang dan hilang 19 orang. Pelayanan kesehatan dilakukan di Rumah Sakit TNI AD Guntur, Makorem, Garut. Sebanyak 59 orang luka-luka dan 4 orang dirawat inap.

Bandjir Tjimanoek

Rencana pembangunan rumah sakit di DAS Cimanuk sudah dicanangkan pada zaman Bupati Garoet RAA Soeria Karta Legawa (1915-1929). Pasalnya, sampai tahun 1917, di Garut baru terdapat klinik darurat untuk Stadpolitie di Tjimanoek Rivier Weg (Jalan Cimanuk sekarang). Penggagasnya dr Mulder dan dr Stiohtor (rsudrslamet.or.id/KTLV-Leiden).

Namun, tahun 1919 muncul petisi keberatan atas rencana pembangunan rumah sakit di daerah ini. Sebab, pembelian lahan melebihi kebutuhan dan harus membangun jembatan penghubung Cimanuk yang berimplikasi biaya besar. Diperingatkan juga risiko banjir di daerah rawa di sana (De Preanger-bode, 12 April 1919). Sebab, lahan yang akan dibangun rumah sakit berada di pertemuan tiga sungai, Tjipeujeuh, Tjikamiri, dan Tjimanoek.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com