Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Purwakarta Bandingkan Stok Beras Masa Kini dengan Zaman Dulu

Kompas.com - 25/09/2016, 13:14 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Kondisi stok beras negara diketahui masih belum cukup memenuhi kebutuhan pasar selama ini. Beberapa faktor penyebabnya mulai dari turunnya produksi beras karena iklim, kurangnya lahan, hingga peningkatan jumlah penduduk.

Bahkan, dalam waktu dekat ini pemerintah pusat berencana melakukan impor beras ke beberapa negara selain Thailand dan Vietnam. Langkah itu sebagai upaya mengamankan stok dan pemenuhan permintaan pasar dalam rangka menekan harga beras tinggi.

"Stok beras negara ini masih belum aman dan malah berencana akan impor, salah satu penyebabnya adalah beras selama ini telah diperlakukan seperti PSK," ujar dia kepada Kompas.com, Minggu (25/9/2016).

Dedi menjelaskan, penilaian perlakuan beras seperti itu pada zaman sekarang artinya pemakaian makanan pokok itu sudah tak seperti para leluhur zaman dahulu kala. Zamana sekarang, beras diperlakuan benar-benar untuk konsumsi tanpa memperhatikan kedaulatan pangan.

Dulu, penggunaan beras setiap hari diatur oleh seorang perempuan atau ibu dalam sebuah keluarga.

Bahkan, zaman dulu dan sekarang di tiap kampung adat masih ada tempat penyimpanan stok beras yang bisa menenuhi kebutuhan satu kampung jika terjadi cuaca buruk atau tak bisa panen beras akibat gangguan iklim.

"Leluhur kita terdahulu sudah mengajarkan sebetulnya nilai-nilai ketahanan pangan ini. Dulu seorang ibu khususnya di Jawa Barat sangat penuh perasaan dalam mengambil beras di ruang khusus atau disebut "goah". Ibu sangat mengetahui berapa takaran beras yang akan dimasaknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga kesehariannya," ungkap dia.

Terkait faktor kendala perubahan iklim, tambah dia, sejak dahulu sampai sekarang di setiap kampung adat di Jawa Barat khususnya memiliki tempat penyimpanan beras atau "Leuit".

Menurut dia, warisan leluhur ini mengajarkan bahwa suatu saat tiap tahunnya pasti akan ada kegagalan panen akibat gangguan iklim. Sehingga, tempat itu digunakan untuk mengumpulkan stok beras yang nanti akan digunakan pada masa sulit panen.

Bahkan, setiap kampung adat bisa menggunakan beras yang dipanennya tahun lalu pada tahun sekarang misalnya.

"Memangnya zaman dahulu tidak ada gagal panen akibat perubahan iklim? Ada, bahkan lebih ekstrim tapi mereka bisa membuat stok beras. Nah, warisan para leluhur kita sebetulnya sudah mengajarkan sejak dulu. Tapi apa kenyataannya sekarang banyak yang melupakan," ujarnya.

Contohnya, di Kampung Adat Cigugur, Kuningan, masyarakat di sana masih bisa melakukan pesta "Seren Taun" tiap tahunnya sebagai rasa syukur mereka dengan hasil panen yang melimpah dan stok beras lebih dari cukup.

Zaman sekarang

Sekarang ini sebagian besar masyarakat telah melupakan budaya masyarakat tentang perlakuan beras tersebut. Rata-rata beras di rumah hanya dipandang sebagai barang konsumtif semata. Artinya, beras di rumah sebagian besar hasil dari membeli dan mengkonsumsinya.

Ironinya lagi, masyarakat di kampung penghasil beras yang melimpah harus membeli beras miskin untuk dikonsumsi. Soalnya, hasil panen dijual semuanya dijadikan uang dan stok beras di rumah habis.

"Uang habis jadinya, beras harus beli yang raskin lagi. Padahal mereka penghasil beras selama ini sebagai mata pencahariannya petani. Aneh kan. Nah, ini yang harus segera diperbaiki," tambahnya.

Dirinya berharap stok beras negara ini akan semakin bertambah jika salah satu polanya memakai sistem peninggalan leluhur. [erubahan ini tak bisa dilakukan secara sekaligus dan sangat membutuhkan berbagai pihak dalam melaksanakannya. Apalagi zaman sekarang era modernisasi di seluruh aspek sudah sangat mendominasi.

"Kita jadi orang modern, tapi tak melupakan ajaran terdahulu kita yang sudah penuh dengan manfaat melihat dari kondisi alam kita sendiri," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com