Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuntut Kembalikan Tanah, Ibu-ibu Jalan Kaki 200 Km dan Tidur Beralaskan Terpal

Kompas.com - 01/09/2016, 19:41 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Puluhan ibu dan anak-anak rela menginap di area eks kantor Bupati Bima. Sudah 12 hari mereka tidur beralaskan terpal di sebuah tenda berukuran sekitar 10x5 meter yang mereka bangun.

Mereka merupakan warga Desa Oi Katupa, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, yang menuntut lahan yang diduga diserobot oleh sebuah perusahaan.

Puluhan ibu dari kecamatan jauh ini datang bersama warga lainnya untuk menyuarakan aspirasi di DPRD Kabupaten Bima. Mereka berjalan kaki dari kampung halamannya selama 3 hari 3 malam dengan jarak sejauh 200 kilometer, demi menuntut kembali lahan mereka yang kini diklaim oleh sebuah perusahaan untuk pembangunan tanaman kayu putih.

Karena jarak dari rumah ke kantor pusat pelayanan pemerintah Kabupaten Bima cukup jauh, mereka pun memilih membawa bekal, seperti beras dan lainnya. Perbekalan tersebut disiapkan warga untuk dikonsumsi selama mereka menginap. Mereka juga rela membawa anak-anaknya yang masih berusia 6 hingga 10 bulan untuk ikut memperjuangkan hak.

Tanpa mengerti apa yang diperjuangkan orangtuanya, anak-anak kecil itu terlihat asyik bermain di sekitar halaman kantor yang terbakar beberapa tahun silam itu. Bahkan beberapa anak mereka sempat jatuh sakit akibat kedinginan dan digigit nyamuk pada saat tidur malam hari.

“Kami tidur di tenda beralaskan terpal bekas, tidak ada kasur maupun kelambu. Kalau malam, anak terkena gigitan nyamuk. Sampai-sampai ada yang sakit,” kata Nur Sofiana, salah seorang ibu yang ditemui Kompas.com, Kamis (1/9/2016).

Menurut Sofiana, lahan mereka telah diklaim oleh perusahaan dengan memegang hak guna usaha (HGU) yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Sementara warga mengklaim lahan seluas 400.000 hektar lebih yang dikuasai oleh perusahaan merupakan milik warga setempat.

“Kami datang menuntut lahan kami dikembalikan. Tanah kami untuk menanam kacang, padi dan jagung sudah diserobot,” tutur Sofiana sambil menggendong putrinya yang berusia 6 bulan itu.

Selain itu, mereka juga menuntut ganti rugi karena ribuan pohon jambu mente yang sudah puluhan tahun mereka tanam di kawasan setempat telah digusur oleh perusahaan.

Anak-anak hingga ibu rumah tangga yang sudah belasan hari menginap ini memohon kepada pemerintah agar tanah mereka dikembalikan lagi. Namun permintaan mereka tak kunjung dipenuhi.

"Tuntutan kami sudah lama, namun sampai saat ini belum ada realisasi walau sudah beberapa kali dilakukan pertemuan dengan DPRD dan pemerintah," kata Sofiana.

Karena tidak ingin kehilangan satu-satunya lahan yang sudah puluhan tahu digarap sebagai salah satu sumber mata pencaharian, mereka tidak akan pulang sebelum ada penyelesaian.

“Selama tuntutan kami tidak dipenuhi, kami akan menginap di sini sampai sengketa ini diselesaikan,” tutur Sofiana.

Sementara itu, Bupati Bima Hj Indah Dhamayanti Putri yang dikonfirmasi terkait sengketa lahan warga dengan perusahaan tersebut menyatakan pihaknya membentuk tim terpadu bersama DPRD untuk mencari solusi atas masalah itu.

“Masyarakat sebaiknya kembali ke daerahnya. Tim sudah turun kok, sekarang mereka lagi bekerja,” kata Indah saat ditemui di kantor Bupati Bima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com