Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memuliakan Perca Batik ala Ibu-ibu di Banyuwangi

Kompas.com - 30/08/2016, 13:19 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Potongan perca kain batik Banyuwangi yang biasanya dibuang dimuliakan oleh ibu-ibu rumah tangga menjadi produk kreatif mulai dari tas, dompet, aksesori hingga sandal khusus hotel.

"Biasanya potongan perca kain batik ya dibiarkan. Kalau pun ada yang beli sekilo dihargai Rp 15.000. Itu pun dijadikan keset kaki. Sayang kan batiknya," ujar Doni Artama, pemilik usaha tas batik Banyuwangi, Selasa (30/7/2016).

Bersama Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Banyuwangi, dia mengajarkan cara mengolah kain perca batik kepada ibu-ibu rumah tangga dengan syarat khusus, yaitu harus bisa menjahit.

"Untuk menyambung kain batik walaupun perca harus simetris dan rapi tidak boleh asal asalan," ucap laki-laki berusia 36 tahun tersebut.

Harga jual dari produk yang terbuat dari kain perca tersebut bisa mencapai Rp 150.000 untuk tas ransel. Namun yang sangat laku dan di sering dicari adalah sandal hotel atau slipper.

"Biasanya yang beli adalah hotel hotel di Banyuwangi karena ada imbauan dari pemerintah kabupaten agar hotel mengikutsertakan ciri khas lokal salah satunya ya batik di sandal hotel," ujar Doni.

Untuk sandal hotel batik dihargai antara Rp 4.500-Rp 5.000 sepasang. Per minggu, orderan mencapai minimal 100 pasang.

Dengan menggunakan perca kain batik, ongkos produksi bisa lebih murah. Untuk sekilo kain perca batik bisa dibuat menjadi 50 pasang dan bisa dikerjakan secara manual dalam waktu sehari.

Keuntungan dari penjualan produk berbahan kain perca batik lumayan tinggi, namun dengan biaya produksi yang rendah.

"Kami ajarkan beberapa model sandal hotel termasuk polanya serta cara menjahitnya. Apakah full ditutup kain batik atau hanya alasnya saja," ucapnya.

Dengan penggunaan perca, maka pembuat dituntut untuk kreatif memodifikasi.

Sementara itu, Kepala Disperindagtam Banyuwangi Hary Cahyo Purnomo menjelaskan, saat ini, Pemkab Banyuwanngi fokus pada industri batik sehingga limbah dari kain batik pun bisa diproduksi kembali dan memiliki harga jual tinggi.

"Batik Banyuwangi ini kan indah. Mubazir kalau dibuang. Selain itu kan menambah penghasilan untuk ibu ibu yang menjahit," katanya, Selasa (30/8/2016).

Apalagi menurut Hary, kunjungan wisatawan di Banyuwangi mengalami peningkatan drastis termasuk juga jumlah hunian di hotel dan penginapan.

"Hotel dan penginapan harus ada ciri khas lokal untuk membedakan dengan tempat lain salah satunya dengan memberikan sentuhan batik termasuk pada sandal hotelnya sehingga pengunjungnya terkesan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com