Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ganjar Pranowo Bermain Ketoprak...

Kompas.com - 28/08/2016, 15:48 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Pertunjukan ketoprak sudah biasa diperankan oleh seniman, namun bagaimana jika seni pertunjukan khas Jawa itu diperankan oleh Gubernur Ganjar Pranowo beserta para Kepala Daerah dan pejabat eksekutif di Jawa Tengah? Ternyata hasilnya tidak kalah seru.

Mereka tampil total dan menghibur penonton yang memadati gedung Tri Bhakti, Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (27/8/2016) malam.

Kethoprak bertajuk Gelar Budaya Kethoprak Eksekutif dengan Lakon Bhumi Sambhara  Bhudara itu merupakan rangkaian Pesta Rakyat HUT ke-66 Jawa Tengah yang dipusatkan di Kota Magelang, sejak 26-28 Agustus 2016.

"Latihan cuma satu jam. Salira Aja Nyepelekke (Anda jangan menyepelekan)," ujar Ganjar dengan mimik dan suara mirip lakon ketoprak.

Ganjar mengaku sudah empat kali bermain kethoprak.

Selain Ganjar, para kepala daerah yang berpartisipasi antara lain Bupati Kendal Mirna Annisa, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito, dan Wali Kota Solo FX Rudi.

Pejabat lainnya antara lain, Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono, Ketua DPRD Jawa Tengah, Rukma Setyabudi, Kepala Dinas Periwisata Jawa Tengah Prasetyo Aribowo, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang Edy Susanto dan lainnya.

Menurut Ganjar, kethoprak yang diperankan oleh para kepala daerah di Jawa Tengah dan pejabat ini bertujuan untuk mengingatkan kepada mereka bahwa menjadi pemimpin harus ikut aksi nyata melestarikan seni dan budaya. Sehingga dapat menjadi teladan bagi masyarakat, khususnya generasi muda.

"Jadi pemimpin jangan cuma ngomong tapi aksi, ini sepele tapi yo angel (susah). Harapannya mereka dan generasi muda bisa nguri-uri (melestarikan) budaya," katanya.

Sekteraris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono menjelaskan skenario ketoprak kali ini menggambarkan sejarah kerajaan Buddha dan Kerajaan Hindu yang berseteru pada masa sebelum pembangunan Candi Borobudur.

Seorang raja dari kerajaan Buddha, Raja Samaratungga (Sri Puryono), berkeinginan untuk menyatukan dua kerajaan ini dengan menikahkan putrinya (Mirna Annisa) dengan putra raja kerajaan Hindu yakni pangeran Pancapana (Ganjar Pranowo).

"Tapi sebelum itu terjadi ada serangan dari negara kerajaan Hindu, yang mengakibatkan sang putri hilang. Raja Samaratungga lalu membuat sayembara mencari putrinya. Datang Pancapana yang memenangkan sayembara itu," ujar Sri.

Putri raja Samaratungga kemudian meminta Pancapana untuk membangun Candi Borobudur. Lalu datang tokoh jahat, Durga Gamakala, yang merusak semuanya. Namun berkat kegigihan Pancapana dan Raja Samaratungga, candi Borobudur akhirnya berhasil dibangun.

"Setelah jadi, Pancapana diangkat menjadi Raja," sebutnya.

Dia berharap, dengan memerankan ketoprak, para pengemban amanah bisa memahani budaya lokal, melestarikan budaya, dan bisa mengembangkannya.

Lakon yang mengilustrasikan berdirinya Candi Borobudur itu diharapkan betul-betul merefleksikan sinergitas dan kebersamaan membangun Jawa Tengah. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com