Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pitpaganda, Gowes Sepeda sambil Beriklan Keliling Kota Yogyakarta

Kompas.com - 27/08/2016, 12:14 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Melihat iklan yang terpampang pada baliho-baliho besar di jalan raya sudah menjadi hal lumrah di kota-kota besar. Bahkan, orang mulai gerah karena iklan-iklan itu dipasang sembarangan sehingga mengotori pemandangan.

Di Yogyakarta, ada cara berbeda dan unik menyajikan iklan. Baliho iklan produk atau acara yang biasanya dipajang di jalan dipindahkan ke belakang sepeda dan dibawa keliling kota.

Konsep baru dalam berpromosi dengan berkeliling jalanan menggunakan sepeda ini dirintis oleh Jamaluddin Latif (41). Konsep ini mungkin satu-satunya di Indonesia.

Pria kelahiran Pekalongan, 21 April 1975, ini menceritakan awal mulanya menekuni hobi gowes sepeda. Pada 2010, ia memiliki komunitas sepeda di Yogyakarta, HUB for Cyclist.

Komintas itu beranggotakan peminat berbagai jenis sepeda ini. Selain gowes, mereka juga melakukan berbagai aksi mulai dari bersih sampah sampai dengan membuat pasar yang diberi nama "Ijolan Sampah" (tukar sampah).

"Kumpul karena suka sepeda dan peduli lingkungan. Kalau gowes di jalan ada sampah, kita bersih-bersih. Kita buat pasar ijolan sampah, yang datang bawa sampah, misalnya botol bekas ditukar barang, seperti celana," kata Jamaluddin Latif saat ditemui Kompas.com di markas Pitpaganda, Jalan Gedongkuning Selatan 128, Yogyakarta, Jumat (26/8/2016).

Dari semangat suka mengayuh sepeda dan kepedulian kepada lingkungan, muncullah ide untuk membuat sebuah terobosan baru.

Maka lahirlah  "Pit Propaganda" atau disingkat Pitpaganda alias sepeda propaganda. Sepeda dijadikan sarana alternatif baru untuk mempromosikan produk atau suatu acara.

Munculnya ide sepeda sebagai alternatif promosi ini muncul karena Jamaludin tergelitik oleh kondisi Yogyakarta yang dipenuhi dengan berbagai baliho iklan.

Pada awal munculnya ide tersebut, ada gerakan bersama resik-resik atau bersih-bersih sampah visual di Yogyakarta.

"Saya dan komunitas terlibat di gerakan bersih-bersih itu. Kenapa kita tidak ngasih solusi agar sampah visual di Yogya berkurang, lalu muncullah ide Pitpaganda itu," ucapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com