Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar: Indonesia Harus Buat Pusat Riset Tembakau

Kompas.com - 26/08/2016, 13:26 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai Indonesia tidak boleh asal ikut arus dunia internasional dengan mengabaikan potensi tembakau lokal. Ganjar mendorong agar negeri ini membangun pusat riset tentang tembakau.

Pusat riset ditempatkan di wilayah pusat tembakau, dimana hasil kajiannya bisa dimanfaatkan dunia luar.

“Tembakau ini bukan masalah kemarin sore, tapi sudah ratusan tahun. Rokok atau tidak itu hanya pilihan saja. Ini soal tenaga kerja dan sebagainya. Mendag juga sudah minta bantuan saya,” kata Ganjar di Semarang, Kamis (25/8/2016).

“Pikirku apa tidak bisa buat riset (unggul) kelas dunia, tembakau bisa dibuat apa saja, biar petani tugasnya hanya tanam saja. Jadi kebutuhannya tidak hanya rokok, dibuat medis misalnya kayak ganja,” tambah Ganjar.

Wacana soal pertembakauan merupakan hal cukup sensitif di negeri ini. Para petani tembakau di Temanggung, misalnya. mengatakan bahwa varietas tembakau di Indonesia saat ini telah masif ditanam di China.

Varietas tembakau lain di berbagai daerah lain juga sudah ditanam di berbagai negeri luar. Para petani khawatir, jika hal itu dibiarkan varietas tembakau lokal akan menghilang.

Ganjar sendiri tidak terlalu mempermasalahkan jika tembakau dalam negeri ditanam di negeri orang lain. Hal itu sebagai hal biasa dalam berdiplomasi tumbuhan. Namun demikian, ia tetap mengingatkan bahwa jika negara lain unggul bukan kesalahan mereka. Justru warga Indonesia harus terus mengembangkan produknya agar tidak kalah dengan produk dunia luar.

“Tobacco Center harus kelasnya dunia, bisa nanti ditaruh di Temanggung. Diambil dunia lain biar, tapi hak paten pada kita,” tambah dia.

Politisi PDI perjuangan juga meminta kepada Menteri Perdagangan untuk memperhatikan impor tembakau. Jangan sampai, lanjutnya, impor tembakau terus membanjiri negeri ini.

“Saya sudah sampaikan ke menteri, ngapain kita impor kalah kita malah suruh nanam kayu (kayu) manis,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com