Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayo Tukar Barang Rongsokan dengan Garam Beryodium

Kompas.com - 25/08/2016, 14:33 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Puluhan pengumpul barang rongsokan menerima bantuan keranjang dan juga garam yodium dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Kamis (25/8/2016).

Garam beryodium tersebut nantinya akan ditukar dengan barang-barang rusak milik warga sehingga jumlah masyarakat yang mengkonsumsi garam ber iodium di Banyuwangi semakin meningkat.

"Di Banyuwangi kan ada budaya jika barang rusak yang diberi ke pengumpul barang rongsokan akan barter dengan garam. Nah untuk itu. kami mengajak pengumpul barang bekas untuk ikut mengkampanyekan slogan "Jangan Asal Asin" sehingga garam yang ditukar ke masyarakat benar-benar mengandung yodium," ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan Widji Letariono kepada Kompas.com Kamis (25/8/2016).

Para pengumpul barang rongsokan tersebut juga dibekali satu botol kecil "iodina test" untuk mengetahui apakah garam yang mereka miliki mengandung yodium atau tidak. Jika garam yang diberikan Dinas Kesehatan sudah habis, maka mereka bisa melakukan tes sendiri pada garam yang mereka beli.

Menurut Widji, 70 persen garam yang ada di pasaran Kabupaten Banyuwangi tidak mengandung iodium, walaupun ada tulisan mengandung iodium di label kemasannya.

"Bisa dikatakan garamnya palsu karena ada tulisannya yodium saat dites tidak ada kandungannya. Pemeriksaan itu kami lakukan pada tahun 2015. Jadi harapannya para pengumpul rosokan ini jadi ujung tombak untuk mengkampanyekan garam beryodium," ungkapnya.

Kabupaten Banyuwangi sendiri masuk kategori 11 kabupaten di Jawa Timur yang masuk kategori "kurang yodium sedang" ke "kurang yodium berat", sedangkan penggunaan garam yodium di rumah tangga di Banyuwangi sudah mencapai 89,7 persen dengan target minimal 90 persen.

Yodium, menurut Widji, memiliki banyak manfaat bagi tubuh untuk mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI), seperti pembesaran kelenjar gondok, stunting (pendek), cretin (cebol), gangguan perkembangan mental serta menyebabkan keguguran dan kematian bayi dalam kandungan.

Widji mengatakan, biasanya gangguan terjadi di wilayah dataran tinggi karena kandungan yodium pada air tanahnya masih kurang, sehingga digiatkan di Kecamatan Kota Banyuwangi, Giri, Kalipuro, Glagah, Licin, Kabat dan Rogojamp.

"Dari pengumpul barang rongsokan ini terbanyak ya dari kecamatan tersebut. Mereka kami edukasi beberapa waktu lalu tentang garam beryodium, mulai dari efek negatif jika mengkonsumsi garam tidak beryodium hingga manfaat garam beryodium. Dalam aksinya nanti, mereka juga kami lengkapi dengan brosur seputar informasi tersebut,” tuturnya.

Sementara itu, Rapi'i (75), pengumpul barang rongsokan, mengaku, selama ini tidak pernah mengetahui apakah garam yang ditukarkannya mengandung yodium atau tidak. Biasanya, dia mendapatkan garam yang akan ditukar dengan barang bekas tersebut dari Pasar Blambangan.

"Diajari kalau garamnya nanti ditetesin cairan. Kalau garamnya berubah warnanya ungu berarti ada yodiumnya. Kalau enggak warna ungu, nanti saya cari garam lainnya," ungkapnya.

Dia juga mengaku mendapatkan ilmu baru dan akan membawa terus cairan untuk tes garam beryodium.

"Nanti saya pamer ke langganan saya kalau garam saya sehat dan mengandung yodium," katanya sambil tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com