Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Banyuwangi Ada Batik Gunakan Pewarna Alami dari Jengkol

Kompas.com - 25/08/2016, 13:20 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pembatik di Kabupaten Banyuwangi sudah mulai beralih menggunakan pewarna alami seperti kangkung rawa, daun lamtoro, daun mangga, jati, jengkol, kulit kopi, daun ketepeng, putri malu, serat degan atau kelapa muda dan kumis kucing.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo kepada Kompas.com,  Kamis (25/8/2016).

"Jumlah industri kecil menengah tekstil batik di Banyuwangi meningkat sejak 3 tahun terakhir. Per tahun ada 5 sampai 6 industri batik baru yang terdata sehingga perlu ada inovasi termasuk dari pewarnaan," ucap dia.

Untuk menguatkan penggunaan warna alami, Disperindagtam mendatangkan desainer kondang Merdi Sihombing untuk melatih pembatik Banyuwangi menggunakan pewarna alam untuk semua jenis kain, mulai dari kain alat tenun bukan mesin, sutra, katun sutra, kain primisima, hingga kain sari.

Selain juga mereka diajarkan menciptakan motif dari alam sekitar, untuk memperkaya motif batik Banyuwangi.

"Motif barunya dari flora dan fauna yang ada di Banyuwangi. Ada 40 an motif. Sedangkan motif batik aslinya ada 22 motif batik," sebutnya.

Sementara itu desainer Merdi Sihombing kepada menjelaskan, batik dengan menggunakan pewarna alami sudah bisa diterima oleh pasar global dan pembatik Banyuwangi bisa mengambil bagian tersebut.

Menurut Merdi, walaupun batik di Banyuwangi merupakan jenis batik pesisir dengan corak warna terang, pembatik tetap bisa untuk menggunakan pewarna alami dengan warna yang dihasilkan cenderung lebih lembut.

Penggunaan pewarna alami juga termasuk bagian dari kampanye menggunakan bahan alami yang saat ini sedang populer di dunia fashion.

"Jangan lupa ada juga pasar yang memilih warna soft. Selain itu dengan menggunakan warna alam akan menekan ongkos produksi karena harga lebih murah, tapi harga batik dengan pewarna alami di pasaran lebih tinggi," katanya.

Perajin batik Banyuwangi dari Sanggar Sekar Bakung, Sri Sukartini Gatot mengaku sudah lama menggunakan pewarna alami untuk batik yang ia produksi.

"Selama ini pewarna yang digunakan masih terbatas dan baru tahu banyak tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pewarna alami seperti serat degan kelapa muda," jelasnya.

Pelatihan tersebut juga bagian dari rangkaian menuju Banyuwangi Batik Festival (BBF) dan Swarna Fest yang digelar pada 9 Oktober mendatang.

BBF adalah agenda tahunan Banyuwangi untuk mendorong geliat industri batik. Sedangkan Swarna Fest adalah ajang unjuk kreasi industri tekstil berpewarna alam yang digagas oleh Kementerian Perindustrian.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pelatihan yang memadukan antara desainer nasional dan para perajin lokal dilakukan secara berkala dalam rangkaian menuju Banyuwangi Batik Festival (BBF) dan Swarna Fest yang digelar pada 9 Oktober mendatang.

BBF adalah agenda tahunan Banyuwangi untuk mendorong geliat industri batik. Adapun Swarna Fest adalah ajang unjuk kreasi industri tekstil berpewarna alam yang digagas oleh Kementerian Perindustrian. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com