Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Medan Bentrok dengan TNI AU, 11 Orang Terluka Termasuk Jurnalis

Kompas.com - 15/08/2016, 20:38 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Bentrokan terjadi antara warga Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan dengan personil TNI Angkatan Udara, Senin (15/8/2016). Akibatnya 9 warga dirawat di rumah sakit dan 2 jurnalis yang sedang meliput juga ikut menjadi korban.

Peristiwa berawal saat warga memblokade Jalan SMA Negeri 2 Medan dan persimpangan Komplek CBD Polonia Medan. Penghalangan jalan ini dilakukan akibat pematokan sebidang tanah oleh TNI AU di Jalan Pipa Medan. Tanah yang dipatok merupakan milik warga sehingga warga merasa tentara telah mengambil tanah mereka.

"Subuh-subuh tanah itu dipatok. Mereka udah suka-suka hati mengambil tanah kami," kata seorang warga Hidayat.

Ratusan orang yang didominasi ibu-ibu berteriak-teriak melontarkan tuduhan kalau aparat sudah merampas tanah mereka. "Apa ini main patok-patok aja?" teriak mereka.

Wakil Ketua Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas) Sumatera Utara Moses Sitohang mengatakan, pemblokiran jalan dilakukan karena masyarakat protes tanahnya di patok-patok pakai kayu dan dipasangi tali. Pagar-pagar warga yang terbuat dari kawat duri dibongkari.

Padahal saat ini, perwakilan masyarakat sedang melakukan pertemuan dengan Komisi II DPR RI terkait konflik lahan mereka.

"Masyatakat Sari Rejo memiliki hak atas tanah. Ini dibuktikan dengan SK camat yang mereka miliki. Kami juga membayar PBB tiap tahunnya," kata Moses.

Penasehat Formas Rizal Tanjung menyebutkan, dirinya sedang berada di Gang Pipa I saat bentrok terjadi. Menurut dia, saat itu masyarakat dipukuli tentara.

"Tegakkan hukum di NKRI, jangan cuma ngomong aja, kenyataannya keputusan hukum dikangkangi. Kita akan buat pengaduan secara hukum," kata dia.

Sampai saat ini, lima warga kritis dirawat di RS Mitra Sejati dan empat warga lainnya yang terkena peluru karet dirawat di RS Fajar.

Selain itu dua jurnalis juga turut menjadi korban peristiwa tersebut. Array dari Harian Tribun Medan dan Andry Syafrin (MNCTV) dipukuli oknum tentara dengan menggunakan kayu, pentungan, tombak, dan laras panjang.

Selain itu,  ponsel, dompet, danhandycam  mereka juga diambil paksa.

"Pas lagi duduk di sebelah ibu-ibu ini, aku ditarik dan dihantam kayu, terus diseret-seret dan dipijak-pijak. Sudah ku bilang aku wartawan sambil menunjukkan identitasku, tapi mereka tak peduli," kata Array.

Sementara Andry mengatakan, tentara mengambil ponsel, dompet, dan handycam-nya diambil. Dia mengaku dipukuli pakai pentungan dan kayu. Ponsel dan kameranya dirusak.

"Aku diseret dan dihantami pakai kayu, dikeroyok. Mereka sudah tah aku wartawan, tapi tetap saja dihantam," kata Syafrin sambil merintih sakit.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Soewondo Mayor Jhoni Tarigan saat dikonfirmasi mengatakan, saat itu massa Formas mau membubarkan diri usai aksi damai. Namun pihaknya menilai pembubaran tersebut mengganggu pengguna jalan, sehingga mereka mengamankannya.

"Saat itulah saya melihat ada anggota saya terkena lemparan batu, kepalanya berdarah-darah, saya lihat langsung di depan mata saya. Inilah yang memicu angota lain terpancing," kata Jhoni.

Soal jatuhnya korban jurnalis, menurut dia, wartawan tidak menggunakan identitasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com