Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Regenerasi, Indonesia Terancam Kehilangan Petani

Kompas.com - 10/08/2016, 19:43 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Indonesia menghadapi ancaman kehilangan petani akibat kurangnya minat generasi muda untuk mengembangkan sektor pertanian.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Pending Dadih Permana mengatakan, penyuluh pertanian memiliki peranan penting untuk menyiapkan tenaga atau generasi muda petani.

Dia menyebutkan, regenerasi petani di kabupaten maupun kota masih sangat minim. Maka, penyuluh pertanian perlu mengoptimalkan perannya agar generasi-generasi muda petani dapat tumbuh.

"Regenerasi petani itu penting. Kalau lima tahun ke depan tidak ada upaya, kita akan kehilangan petani. Artinya, Indonesia tidak akan ada lagi petani," ucap Pending, usai menghadiri Wisuda Lulusan Program Diploma IV, di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor, Rabu (10/8/2016).

Dia melihat, saat ini banyak lulusan-lulusan fakultas pertanian di perguruan tinggi justru beralih bekerja di tempat lain. Kondisi itu sekaligus menggambarkan minimnya minat di sektor pertanian, sekalipun lulusan pertanian.

"Bisa kita lihat, berapa persen lulusan fakultas pertanian yang berkiprah ke dunia nyata pertanian? Kecil sekali. Contohnya di Nusa Tenggara Barat. Hanya 18 persen yang bersentuhan langsung dengan sektor pertanian," jelasnya.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengakui, pentingnya peran penyuluh pertanian. Apalagi tantangan dalam peningkatan produksi pangan makin berat dengan menurunnya areal pertanian akibat konversi lahan. Di sisi lain, ekstensifikasi lahan pertanian tidak mudah karena terkendala status lahan.

"Hal ini tidak bisa lepas dari peran penyuluh. Kebijakan program dan anggaran ke depan harus mempertimbangkan bagaimana menumbuhkan tripple strategic, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi. Ini akan menuju ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan," tutur Herman.

Lanjut dia, tanpa strategi yang tepat dan cepat, maka akan sulit memenuhi kebutuhan pangan. Padahal, ledakan penduduk yang diramalkan terjadi harus ditanggapi dengan menyiapkan bahan pangan yang cukup pula.

"Jika tidak ada regenerasi petani, sampai kapan pun produksi tidak akan signifikan. Tidak akan selaras dengan peningkatan kesejahteraan para petani," sambung dia.

Sementara itu, Kepala Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor Nazaruddin mengatakan, untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani, perlu penyiapan sumber daya manusia untuk penyuluh pertanian dalam mengawal program pemerintah.

"Sebagai lembaga pendidikan, kita mendidik calon-calon wirausaha muda pertanian, termasuk calon penyuluh pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani," ujar Nazaruddin.

Sejauh ini, lanjutnya, STPP Bogor berkontribusi melakukan kerja sama dengan desa-desa mitra serta Pos Pemberdayaan Keluarga untuk pemberdayaan dan kesejahteraan petani.

"Arahnya, kami berharap sesuai dengan visi dan misi Kementerian Pertanian adalah kedaulatan pangan," kata dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com