Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pikul Keranjang, Rantai, dan Gembok, Warga Magelang Tolak Relokasi Tradisi

Kompas.com - 29/07/2016, 08:40 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Seorang laki-laki berlilit kain memikul keranjang bambu. Wajahnya berlumur bedak putih berjalan tertatih menuju halaman gedung DPRD Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (28/7/2016).

Pada keranjang itu terlilit rantai, gembok dan papan bertuliskan "Save Pahingan" dan "Selamatkan Tradisi" itulah aksi teatrikal yang dilakukan oleh seorang anggota Forum Masyarakat Menolak Relokasi Pasar Pahingan (FMMRPP) yang menggambarkan perjuangan para pedagang pasar tiban Pahingan yang akan digusur oleh Pemerintah Daerah setempat.

Pasar tiban Pahingan merupakan salah satu pasar tradisional yang biasa digelar setiap hari Minggu Pahing (kalender jawa) di Alun-alun Kota Magelang, Jawa Tengah.

Pasar yang sudah ada sejak 1958 silam digelar masyarakat bersamaan dengan kegiatan pengajian di masjid jami Alun-alun Kota Magelang.

Luky Hendrik, salah satu anggota FMMRPP, menjelaskan aksi ini sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan keberadaan pasar Pahingan yang hanya digelar setiap 35 hari sekali. Ia berharap pemerintah segera meresponsnya karena hal ini menyangkut kelestarian warisan budaya non bendawi (intangible haritge).

"Kami bukan menentang, namun hanya ingin memohon agar pasar pahing ini dipertahankan. Lebih baik ditata bukan digusur. Keberadaannya merupakan cermin dari Kota Magelang yang peduli warisan budaya," kata Hendrik.

Ia heran dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kota Magelang melalui SE Dinas Pengelolaan Pasar Nomor 511.3/283/260 tertanggal 11 April 2016 dan nomor 511.3/271/260 tertanggal 9 mei 2016, yang melarang pedagang pasar Pahingan untuk berdagang.

"Bagaimana bisa sebuah intangible heritage (peninggalan budaya non bendawi) ditiadakan dengan dalih variabel ekonomi dan keindahan kota semata. Jelas ini sebuah penghinaan pada sejarah, pada nilai-nilai spiritualitas yang terkandung di dalamnya dan melupakan sema sekali kearifan lokal," katanya.

Hendrik menjelaskan, makna rantai dan gembok pada keranjang bambu tersebut adalah bahwa selama ini pasar Pahingan telah dikucilkan oleh pemerintah daerah setempat. Pihaknya juga tidak habis pikir, mengapa hanya pasar Pahingan yang direlokasi ke lokasi car free day (CFD) lapangan Rindam IV/Diponegoro atau sekitar 1 kilometer dari Alun-alun Kota Magelang.

"Kenapa PKL di alun-alun juga tidak ikut digusur, bahkan sebelum lebaran lalu alun-alun juga digunakan untuk berdagang para PKL selama berhari-hari. Di setiap event yang diadakan di alun-alun juga ada pameran UMKM. Jadi, apa yang salah dengan pasar Pahingan?" kata Hendrik.

Senada dikatakan Bagus Priyana, pemerhati sejarah Kota Magelang, yang menyatakan bahwa keberadaan pasar pahingan telah menjadi ikon Kota Magelang sejak puluhan tahun yang lalu. Nama pasar Pahingan sudah menggaung hingga luar daerah.

Menurut dia, keberadaan Pasar Pahingan dan pengajian Minggu Pahingan seperti mata uang, sehingga apabila pasar ini direlokasi, maka Kota Magelang kehilangan sebuah sejarah dan tradisi.

Para pedagang, katanya, tidak semata-semata menjadi keuntungan tetapi ilmu dan berkah dari pengajian tersebut.

"Saya bertemu dengan salah seorang menjual kacang godog. Laku tidak laku ia tetap berjualan kacang godog. Yang dicari dari penjual itu bukan hanya keuntungan, tapi berkahnya," ungkap dia.

Seusai menggelar aksi teatrikal, FMMRPP berkesempatan bertemu dengan Ketua DPRD Kota Magelang HY Endi Darmawan. Mereka menyampaikan keinginannya untuk mempertahankan pasar Pahingan. Jika tidak ada solusi, maka mereka berencana akan menuju ke Semarang menemui Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Bila di masih belum ada solusi juga, kata Agus, maka mereka akan menuju ke Jakarta menemui Presiden Jokowi.

"Kalaupun tidak bisa lagi, kami akan mengadukan masalah ini kepada Tuhan," kata Bagus yang juga ketua Komunitas Magelang Kota Toea ini.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Magelang HY Endi Darmawan mengatakan telah mendengar aspirasi FMMRPP yang menginginkan mempertahankan pasar Pahingan di lokasi semula. Ia pun menampung semua masukan yang disampaikannya.

"Apa yang pernah disampaikan (terkait pasar pahaingan) masih didiskusikan. Kami akan segera menyampaikan apa yang menjadi keinginan mereka kepada eksekutif," kata Endi.

Baca juga: Tradisi Pasar Pahing Magelang Terancam Rencana Relokasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com