Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Panti Asuhan di Takengon Ini Belajar Bahasa Inggris via Skype

Kompas.com - 20/07/2016, 16:10 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia

Penulis

TAKENGON, KOMPAS.com - Anak-anak Panti Asuhan Noordeen di Takengon, Aceh, belajar bahasa Inggris dengan para perantau Indonesia di luar negeri melalui perantaraan Skype, salah satu teknologi video conference untuk berkomunikasi.

Demikian diungkapkan Addizar, Sekretaris Yayasan Panti Asuhan Noordeen saat ditemui Kompas.com di ruang kerjanya, Rabu (20/7/2016).

Ia mengatakan, selain belajar di sekolah formal, para penghuni panti asuhan diajarkan berbicara dalam bahasa Inggris.

"Di sini ada tambahan seperti jam belajar bahasa inggris, kita ada kerjasama dengan diaspora mahasiswa Indonesia yang ada di luar negeri, jadi para mahasiswa tersebut mengajarkan bahasa Inggris dengan menggunakan Skype kepada anak-anak," kata dia.

Kegiatan tersebut lanjut Addizar, diselenggarakan sebagai kegiatan tambahan yang diikuti 41 anak asuh Yayasan Panti Asuhan Noordeen pada setiap hari Sabtu dan Minggu.

Dengan menggunakan Skype, para penghuni panti tersebut dapat secara langsung berbicara dan bertatap muka dengan para WNI yang merantau dari berbagai negara yang ada didunia, seperti mahasiswa di Kanada, Belanda, dan Amerika Serikat.

"Sebelumnya anak-anak diajarkan bahasa Inggris dengan seorang tenaga pengajar, namun karena sudah almarhum, tidak lagi dilanjutkan," ucap dia.

Selain itu lanjut Addizar yang didampingi Syamsuddin, Pimpinan Yayasan Panti Asuhan Noordeen, pihaknya juga menyediakan ruang bagi para anak asuh yang dianggap berprestasi, untuk mendapatkan beasiswa  baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Keberadaan Yayasan Panti Asuhan Noordeen yang hingga kini terus berdiri dan telah mengasuh sebanyak 200 orang anak yatim piatu, tidak lepas dari keprihatinan Dyan Alyan, seorang perempuan asal Takengon yang kini berdomisili di California, Amerika Serikat, saat terjadi tsunami Aceh 10 tahun lalu.

Pada tahun 2006, sebut Addizar, Dyan masih berstatus mahasiswa di salah satu universitas di AS. Paska bencana tsunami Aceh terjadi, lanjut dia, Dyan ingin membantu masyarakat di daerah kelahirannya. Dyan pun membentuk Givelight Fondation untuk mengumpulan donasi dari para diaspora Indonesia.

"Waktu terjadi Tsunami, tergeraklah hatinya untuk bagaimana dia bisa membantu daerah kelahirannya, sehingga dia beserta rekannya membentuk semacam LSM bernama Givelight Fondation, yang terdiri dari kumpulan orang muslim asal Indonesia, Pakistan dan negara Islam lain yang tinggal di California," jelas Addizar.

Hasilnya kemudian membangun panti asuhan yang berada persis di kaki gunung di Kampung Dedalu, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Panti asuhan ini ditempati oleh anak-anak yatim piatu dari berbagai Kabupaten/ kota yang ada di Aceh, yang menjadi korban keganasan tsunami.

Yayasan Panti Asuhan Noordeen, tambah Addizar, memiliki induk di Jakarta. Meski demikian tambah dia, yayasan tersebut hanya memiliki satu amal usaha yaitu Panti Asuhan Noordeen yang didanai oleh WNI yang terdapat di luar negeri, maupun dari komunitas muslim lain yang ada di berbagai negara.

Menurut dia, hingga saat ini Givelight Fondation terus menerima donasi dari berbagai pihak di luar negeri, tidak terkecuali dari mereka yang bekerja di perusahaan besar seperti di Microsoft dan juga donatur yang bekerja di NASA  AS.

"Sampai sekarang panti asuhan seperti ini sudah berkembang di Bangladesh, di Kashmir, Pakistan, Srilangka, Kamboja, dan sekarang Givelight sedang menjajaki hal yang sama di Sudan dan Maroko," papar dia.

"Ibu Givelight Foundation telah dianggap sebagai ibu anak yatim oleh orang-orang di sana. Bahkan, sebuah lembaga internasional di luar negeri telah memberi gelar ibu anak yatim kepada Dyan Alyan," tambah Addizar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com