Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Empat Jenis Burung Cenderawasih di Jayapura Terancam Pembalakan Liar

Kompas.com - 18/07/2016, 17:11 WIB
Fabio Maria Lopes Costa

Penulis

SENTANI, KOMPAS.com - Populasi empat jenis burung cenderawasih di Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua, terancam oleh maraknya aktivitas pembalakan liar.

Ada tiga lokasi wisata pemantauan burung cenderawasih di Nimbokrang, yakni Isio, Jalan Korea, dan Gantebang.

Di tiga lokasi itu, terdapat empat jenis burung cenderawasih yakni cenderawasih raja (Cicinnurus regius), cenderwasih kecil (Paradisea minor), cenderawasih mati kawat (Seleusidis melanoleucea), dan cenderawasih parus sabit (Epimactus bruijinii).

Koordinator Pengelolaan Hutan Berkelanjutan WWF Indonesia Papua Program Piter Roki Aloysius saat ditemui di Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin (18/7/2016) mengatakan, Nimbokrang adalah salah satu lokasi wisata pemantauan burung cenderawasih di Jayapura.

Sayangnya, aktivitas itu dapat terganggu oleh pembalakan liar jenis pohon merbau, linggua, dan matoa.

"Berdasarkan pantauan di lapangan, sebanyak 16 meter kubik kayu yang dibawa oknum pembalakan liar dari Nimbokrang per hari. Mereka hanya membayar warga sebesar Rp 200.000 per meter kubik," kata Piter.

Peter mengatakan, kondisi itu dapat mengancam populasi 78 jenis burung, khususnya cenderawasih yang menjadi salah satu satwa khas Papua.

Ia berharap agar pemda setempat bisa menertibkan aktivitas pembalakan liar walaupun berstatus hutan konversi.

Salah satu caranya adalah mengembangkan potensi wisawa melihat burung cenderawasih atau Bird Watching di Nimbokrang.

"Sebenarnya potensi wisata melihat burung cenderawasih sangat tinggi. Jumlah kunjungan wisatawan asing untuk melihat satwa itu di Nimbokrang mencapai 100 orang pada tahun lalu. Setiap kunjungan, satu rombongan wisatawan hanya membayar Rp 500.000 saja," ujar Peter.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Yan Jap Ormuseray ketika dikonfirmasi membenarkan tingginya aktivitas pembalakan liar di Nimbokrang.

Ia menyatakan, pembalakan liar terjadi karena minimnya petugas Dinas Kehuatanan dan sarana prasarana. Adapun luas wilayah di Nimbokrang sangat luas dan kondisinya geografisnya sangat sulit.

"Kami sudah berkali-kali mengajukan permintaan bantuan ke Kementerian Hutan dan Lingkungan Hidup namun belum ditanggapi hingga kini," kata Yan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com