Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nurhanidah, Guru Mengaji yang Setiap Hari Bersihkan Kali

Kompas.com - 14/07/2016, 16:00 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Nurhanidah (34) adalah seorang guru mengaji di TPQ Riyadlus Solikin, Keramat Pakem, Banyuwangi, Jawa Timur.

Ia juga bekerja sebagai pesapon yang sehari-hari bekerja membersihkan Kali Pujasera yang terletak di samping pasar tradisional Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi.

Ibu dua anak tersebut mulai membersihkan sungai kecil yang terletak di tengah kota Banyuwangi mulai pukul 07.00 WIB. Pekerjaan ini sudah lima tahun ia lakukan.

"Kalau pagi hari bersihkan kali, sorenya saya ngajar ngaji di TPQ," kata Nurhanidah, Kamis (14/7/2016).

Ia mengaku memilih pekerjaan sebagai pesapon atau penyapu untuk menambah penghasilan sehari-hari. "Yang penting halal," ujarnya.

Karena rajin dan pengabdiannya sebagai guru mengaji, Nurhanidah sempat diberangkatkan umrah oleh Pemda Banyuwangi pada tahun 2012. Dari 620 orang pesapon di Banyuwangi, hanya dua orang yang diberangkatkan ke Tanah Suci.

"Yang berangkat saya dan teman yang sama-sama jadi pesapon, hanya dua orang. Enggak nyangka sama sekali bisa umrah, wong untuk kebutuhan sehari hari saja mepet," katanya sambil tersenyum.

Kepada Kompas.com, Nur bercerita, banyak peristiwa yang dialami selama membersihkan kali.

Dia pernah dimusuhi beberapa pedagang karena mengingatkan agar tidak membuang sampah ke sungai. Dia juga sempat dimaki-maki pemilik rumah dekat kali karena Nur membawa kembali sampah celana popok ke rumahnya.

Ia sudah berkali-kali mengingatkan pemilik rumah itu tidak membuang popok bekas ke kali, tetapi tidak dihiraukan. Ketika perbuatan itu diulangi lagi, Nurhanidah membawa sampah popok itu dan meletakkan di depan pintu rumah pembuang sampah tersebut.

"Langsung saya dimaki-maki dan sempat bilang kalau saya ini cuma tukang sapu, ya dibayar buat bersih-bersih. Sedih sih, tetapi gimana lagi," ujarnya.

Dia juga mengaku sering mendapati bangkai ayam dan potongan kayu cukup besar di kali yang sengaja dibuang oleh warga. Namun, yang terbanyak adalah pembalut dan popok bekas.

"Kalau musim kemarau, sampahnya menumpuk. Beda dengan musim hujan sampahnya ikut arus. Tetapi, kalau menumpuk kan bisa banjir," kata dia.

Menurut dia, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di kali masih sangat kurang, padahal sudah ada tempat sampah di dalam pasar.

Setelah mengangkat sampah dari kali ke pinggir jalan, Nur menunggu petugas lain yang akan mengangkut sampah tersebut ke tenpat pembuangan sampah akhir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com