MAGELANG, KOMPAS.com - Tradisi kenduri dan silaturahim keliling kampung tidak pernah ditinggalkan oleh warga di Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, setiap hari raya Idul Fitri.
Tradisi ini sebagai bentuk guyub rukun warga di kaki gunung Merbabu ini. Sejak pagi mereka sudah berkumpul di Masjid Al-Ikhsan untuk menjalankan shalat Idul Fitri.
Tidak lupa mereka membawa makanan dari rumah masing-masing berupa ketupat, opor mentok, ikan, sambal goreng, aneka sayuran dan buah-buahan.
Usai shalat, mereka berdoa lalu saling bersalaman, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama atau kenduri di halaman masjid yang sudah digelari tikar.
Canda tawa warga terlihat pada momen ini. Mereka tidak segan untuk saling tukar-menukar makanan yang mereka santap. Acara belum berakhir, tepat pukul 09.00 WIB, kaum pria berkumpul lagi di Masjid.
Mereka melanjutkan keliling kampung untuk ujung (mengunjungi) dari rumah ke rumah. Saling berkunjung itu kemudian dilanjutkan oleh kaum wanita tepat pukul 12.30 WIB hingga menjelang sore. Mereka tidak sekedar bersalaman dan mencicipi makanan kecil yang disedikan di setiap rumah, tetapi juga saling mendoakan kebaikan.
"Kami bersyukur tinggal di dusun ini. Guyub rukun warga terasa setiap lebaran, mulai dari shalat Id, makan bersama, dilanjutkan silaturahim keliling kampung. Jarang kami temui di daerah lain," ujar Kholisuddin Yuzak, ulama setempat, di hadapan warga, Rabu (6/7/2016).
Kholis yang tinggal di Jakarta itu pun pernah menyia-yiakan momen lebaran di Dusun Sorobayan meski harus terjebak macet saat perjalanan dari Jakarta. Hampir keluarga besarnya tinggal di dusun ini.
"Kami berdoa dan berterima kasih kepada leluhur yang sudah mengawali tradisi baik ini. Sebagai generasi penerus kita harus terus menjaganya," ucapnya.
Tradisi ujung kemudian dilanjutkan lagi oleh setiap keluarga ke keluarga lainnya yang tinggal di luar kampung mereka. Biasanya tradisi ini akan berakhir hingga H+7 Lebaran.
Sebelumnya, pada malam takbir, Selasa (5/7/2016) malam, warga juga memilik tradisi menerbangkan ratusan lampion. Anak-anak paling antusias dengan kegiatan tersebut. Menerbangkan lampion sebagai simbol doa dan harapan kepada Tuhan agar warga senantiasa dilimpahi kebaikan.