GILIMANUK, KOMPAS.com - Karena menunggu cukup lama mengantre masuk ke Pelabuhan Gilimanuk, para pemudik kelelahan dan menjadi tidak sabar. Bunyi klakson terus bersahutan.
"Capek Pak, mau pingsan nih. Kok (antrenya) lama banget ya," ujar salah satu pemudik bernama Trio.
"Saya juga capek, Pak. Lama sekali. Anak saya nangis lagi. Sama-sama capek, Pak," sahut Rahmat asal Banyuwangi.
Namun demikian, meski harus antre panjang dan berjam-jam ini sebagian besar pemudik mensyukuri bisa mudik Lebaran dan harus dinikmati.
"Yah kapan lagi kalau gak mudik Lebaran? Nikmati sajalah, capek sih iya, lelah sekali. Inilah tradisi pendatang yang pulang kampung," kata Fitria asal Pasuruan.
"Bersyukur bisa mudik Lebaran lagi. Rezeki melimpah dan kesehatan, semoga bisa mudik lagi. Kalau macet, ya nikmati," tambah Eka asal Malang.
Para pemudik rata-rata pendatang yang bekerja di Denpasar. Berangkat pagi dan siang baru bisa tiba untuk menyeberang.
Para petugas pun kewalahan. Mereka mengeluarkan imbauan dengan menggunakan pengeras suara.
"Bapak-bapak, ibu-ibu para pemudik, dipotong untuk tidak membunyikan klakson kendaraan. Kami petugas sudah berupaya melayani dengan baik. Jangan mengajari petugas, kami ini sedang bertugas dengan sungguh-sungguh. Terima kasih," kata salah satu petugas di Gilimanuk, Jembrana, Bali, Jumat (1/7/2016).
Bunyi klakson bersahutan itu bersumber dari pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua. Bisa dimaklumi, mereka antre cukup lama sekitar 4-5 jam yang diawali dengan kemacetan sekitar 3 kilometer, antre menuju gerbang pelabuhan, antre menuju pemeriksaan surat-surat kendaraan, antre membeli tiket dan antre akan masuk ke kapal.