Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diserang Kanker Ganas, Nurul Terpaksa Putus Sekolah

Kompas.com - 25/06/2016, 08:19 WIB
Taufiqurrahman

Penulis

Untuk mendukung Nurul silakan kunjungi: Kita Bisa Membantu Nurul 

SUMENEP, KOMPAS.com - Sudah tiga tahun, Nurul Khairiana (16) meninggalkan sekolahnya di Pondok Pesantren Al Amien, Desa Prenduan, Kecamatan Peragaan, Kabupaten Sumenep. Penyebabnya karena ia menderita kanker tulang yang semakin ganas.

Tubuhnya kini kurus tinggal tulang. Satu-satunya anggota tubuhnya yang menonjol, kanker ganas di lengan kanannya. Ukurannya dua kali kepala Nurul.

Sehari-hari, anak ketiga dari empat bersaudara ini, hanya terlentang di atas kasur yang disediakan khusus di kamar depan rumahnya. Benjolan di lengan kanannya, sedikit demi sedikit mulai mengeluarkan nanah. Bahkan di bagian bwah benjolan itu, sudah mulai membusuk dan menyebarkan bau amis. Namun, sang ibu, Nuril, tetap tabah merawat anaknya.

Ia dibantu kedua anaknya, Hanafiansyah (26) dan Nurul Qomariyah (22). Menurut Nuril, sehari-hari kondisi Nurul hanya merintih kesakitan sambil menyebut asma Allah. Ketika rintihan itu keluar dari mulut anaknya, Nuril rasanya ingin menelan anaknya kembali agar kembali ke dalam kandungan sehingga bisa lahir kembali sebagai bayi yang sehat dulu.

“Saya sudah tidak tega mendengar ketika dia merintih kesakitan. Andaikan ia bisa saya telan, saya telan agar dia jadi bayi dalam kandungan saja,” ujar Nuril, Kamis (23/6/2016) di kediamannya.

Apalagi, selama empat bulan terakhir, kondisi Nurul semakin drop. Awalnya Nurul tidak mengalami sesak nafas. Namun saat ini sesak nafas itu kerap melanda Nurul. Akibatnya, selang oksigen selalu menghiasai hidungnya.

Penderitaan Nurul ini, cerita ibunya, berawal saat tahun 2013 lalu ia jatuh di pondoknya. Lengan kanan Nurul yang jatuh dan bengkak. Nurul dibawa pulang untuk berobat. Karena dianggap hanya kecelakaan biasa, pengobatan Nurul sebatas apa adanya. Namun, setelah kembali ke pondoknya, kondisi lengan Nurul terus membengkak.

“Semakin bulan terus semakin membengkak. Sudah dibawa berobat kemana-mana. Namun tidak ada hasilnya,” ungkap Nuril.

Hingga dua tahun berjalan, benjolan di lengan kanan Nurul terus membesar. Pernah menjalani rawat inap di Rumah Sakit dr. Slamet Martodirdjo Pamekasan selama sebulan. Namun tidak ada perkembangan.

Dokter menyarankan agar dirujuk ke Surabaya. Seperti tak hilang harapan, kedua orang tua Nurul membawanya ke rumah sakir DR. Soetomo Surabaya. Sama saja, hasilnya tidak memuaskan. Kondisi kesehatan Nurul terus memburuk. Saran dokter, tangan kanan Nurul agar diamputasi untuk memutus jaringan kanker yang sudah menjalar.

 “Nurul tidak mau kalau diamputasi. Selain itu, kami sudah tidak punya biaya lagi karena biaya perawatan dan pengobatan sebelumnya sudah habis Rp 20 juta,” sebut Nuril yang akrab disapa Bu Maryam.

Setelah tiga tahun ini, kondisi Nurul terus memprihatinkan. Dampak kanker yang dialami Nurul, terus menggerogoti anggota tubuhnya yang lain. Akhirnya Nurul pasrah agar tangannya diamputasi. Namun kondisi saat ini sudah berbeda dengan setahun sebelumnya. Dokter di Surabaya sudah tidak berani menjalani operasi amputasi. Sebab kanker itu sudah menjalar ke jantung dan paru-parunya.

“Cara terakhir diamputasi pun sudah tidak bisa dilakukan oleh dokter. Jantung dan paru-paru dan beberapa anggota tubuh anak saya, sudah terjankit kanker juga. Dokter sudah angkat tangan,” kata perempuan yang sudah ditinggal suaminya dua tahun yang lalu.

Semua keluarga Nurul, mulai dari ibunya sampai dua kakak kandungnya, hanya pasrah atas keadaan Nurul. Apalagi, kata dokter belum pernah ada penyakit di Indonesia yang sama dengan penyakit Nurul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com