Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Kunjung Diperhatikan, Bocah yang Hidup Tanpa Anus Butuh Uluran Tangan

Kompas.com - 18/06/2016, 13:41 WIB
Kontributor Kolaka, Suparman Sultan

Penulis

KOLAKA, KOMPAS.com - Trie Urip Lestari, gadis belia penderita atresia ani atau tidak memiliki lubang anus sejak lahir, tinggal di rumah kontrakan yang kondisinya seperti gubuk di Kelurahan Watuliandu, Kota Kolaka, Sulawesi Tenggara, bersama keluarganya.

Trie terlahir tanpa lubang anus. Beberapa tahun yang lalu dia sempat menadapat perhatian pemerintah daerah Kolaka dengan mendapatkan pengobatan gratis. Tetapi hal itu terhenti tanpa sebab yang diketahui oleh keluarga.

Kini, anak ini buang air besar dan kecil melalui lubang yang ada di perutnya bekas operasi yang tidak tuntas.

“Pernah dibantu operasi oleh Pak Buhari Matta untuk operasi kolostomi atau operasi pembuatan saluran pembuangan tinja melalui perut. Setelah itu dilakukan operasi pembuatan lubang anus tapi operasi penyambungan saluran tinja ke anus itu belum dilakukan karena tidak ada biaya dan sudah tidak dibantu lagi. Jadi saat ini kalau buang air lewat lubang yang ada di perut. Dan itu pedih dia rasa," kata Hayati, ibu Trie.

Hayati mengaku bingung karena tidak memiliki biaya untuk operasi anaknya sehingga kembali hidup normal. Mereka hanya bisa mengandalkan uluran tangan para dermawan.

(Baca juga: Hidup Tanpa Lubang Anus, Bocah Ini BAB via Perut dan Rasanya Sakit)

Yunus, salah satu warga, mengaku kecewa dengan pemerintah daerah setempat karena menurut dia, Trie dan keluarganya tinggal di daerah yang tidak jauh dari rumah pribadi Bupati Kolaka, Ahmad Safei, dan dua orang anggota DPRD Kolaka.

“Saya heran, kenapa para pejabat itu tidak tahu keberadaan anak ini. Kami sebagai warga Kolaka merasa kecewa dengan itu semua. Nanti dibuat beritanya sama teman-teman media baru kita tahu ada anak yang menderita seperti itu. Sekali lagi saya katakan kecewa. Yang anggota DPRD ini kan tinggal pas di depan rumahnya, kenapa dia tidak perhatikan,” katanya dengan nada kesal, Sabtu (18/6/2016).

Sementara itu, Ketua Komisi Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Akbar Dili, menilai, belum ditanggapinya kondisi keluarga Trie menunjukkan mental pejabat saat ini.

“Siapa pun yang mendengar cerita itu pasti kaget dan merasa kecewa. Sangat tidak masuk akal kalau para pejabat itu tidak mengetahui ada tetangganya yang sakit parah. Inilah bukti nyata bahwa tidak ada lagi rasa peduli yang terjadi,” tegasnya.

Dia menilai, seharusnya pemerintah setempat atau perangkat kelurahan dapat menyelesaikan masalah ini secara pendataan.

“Kan ada kepala lingkungan dan lurah. Bisa mengkomunikasikan kondisi anak ini kepada yang terkait. Saya pribadi merasa kecewa dan merasa hampir tidak masuk akal para pejabat ini membiarkan tetangganya hidup dalam kesengsaraan,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com