"Setiap Habis Shalat Tarawih, Saya Berdoa agar Raskin Singgah di Gubukku"

PAREPARE, KOMPAS.com – Abdul Samad, seorang nelayan di Kelurahan Lakessi, Kecamatan Soreang, Kota Parepare, Sulawesi Selatan, mendirikan gubuk 4 x 2 meter di bawah jembatan Pertamina, Parepare.

Dia terpaksa tinggal di bawah jembatan karena tidak punya untuk mendirikan rumah. Jangankan tempat tinggal, untuk makan saja ia sulit karena miskin.

Saat dikunjungi Kompas.com ke gubuknya, Jumat (17/6/2016), Abdul Samad sedang memperbaiki atap rumah yang bocor. Karena itu, hari ini, ia tak melaut.

Nelayan tua yang hidup sebatang kara ini tak pernah tersentuh bantuan nelayan, beras miskin (raskin), apalagi dana corporate social responsibility dari Pertamina.    

“Nelayan miskin seperti saya tak mungkin dapat bantuan nelayan dari pemerintah. Beras miskin (raskin) yang saya impikan tak pernah saya dapatkan, apalagi dana bantuan SCR PT Pertamina," kata Abdul Samad, Jumat.

Di bulan Ramadhan ini, Abdul Samad bersyukur biasa puasa sehingga bisa menghemat pengeluaran untuk membeli makanan. Untuk sahur dan buka puasa, ia hanya menunggu kiriman makanan dari temannya sesama nelayan.

“Momen Ramadhan, tiap habis shalat witir (tarawih), saya tak henti-hentinya memanjatkan doa agar bantuan nelayan, raskin atau dana bantuan CSR dari pertamina, singgah di gubukku yang reyot," harap Samad.    

Samad mengaku sudah tiga tahun mendirikan gubuk reyot di bawah jembatan Pertamina. Dia juga kerap menggagalkan aksi pencurian minyak melalui pipa di laut Parepare.

Sementara itu, Beta, teman melaut Abdul Samad, mengaku prihatin melihat gubuk temannya. Dia khawatir jika dalam cuaca buruk, ombak akan menggulung gubuk Samad.