Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Istri Gus Dur Mengajak Orang Memahami Pluralisme

Kompas.com - 17/06/2016, 03:38 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Istri Presiden ke-4 RI mendiang Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid memiliki cara tersendiri untuk mengajak orang memahami dengan mudah keberagaman atau pluralisme.

Seperti yang ia tunjukkan saat ceramah dan dialog yang digelar dalam kegiatan buka bersama lintas iman di Balai Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Kamis (16/6/2016) sore.

Dengan gaya intraktif, Sinta yang tetap berada di atas kursi rodanya itu meminta warga yang hadir untuk menyebutkan apa saja perbedaan yang ada di Indonesia. Warga yang hadir dengan antusias menyebutkan satu per satu perbedaan yang ada, mulai dari agama, suku, kelas sosial, warna kulit dan sejumlah ciri fisik lainnya.

"Di sini ada dari Madura? Padang? Batak? Bapak ibu semua, sudah sejak lahir jebrot kita ini sudah berada di tengah masyarakat (pluralisme) seperti ini. Kalau ada yang tidak lahir (dalam masyarakat) seperti ini, mungkin dia lahir di hutan," ujar Sinta.

Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Sinta juga menanyakan kepada warga yang hadir mengenai dasar negara dan semboyan Bhinneka Tungal Ika.

Menurut Sinta, warga Indonesia bukan saja mereka dari suku-suku yang sudah ada sejak sebelumnya, tetapi juga ada dari suku bangsa lainnya yang lahir secara turun-temurun di Indonesia, sehingga dalam konteks Bhinneka Tunggal Ika mereka adalah saudara.

"Ada di sini yang dari suku China atau India? Tapi semuanya tinggal di Indonesia kan? Jadi mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air. Apakah kalau mereka saudara boleh bertengkar? Saling main kekerasan?" tanya Sinta.

Menurut Sinta, meskipun berbeda suku, agama ataupun keyakinannya, sesama warga bangsa seharusnya bersikap rukun, saling menghormati, menghargai dan tolong menolong.

Hal itu pula, lanjut dia, sesuai dengan inti ajaran Nabi Muhammad SAW yang tertuang dalam Piagam Madinah, yakni sebuah konstitusi yang disusun oleh Muhammad untuk menjelaskan kedudukan kaum muslimin terhadap kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan di Madinah.

"Itu tidak menyalahi ajaran Rasul. Dalam Piagam Madinah dijelaskan, agar kaum muslimin hidup berdampingin dengan kelompok lain dan melindungi kaum minoritas. Wama arsalnaaka illa rahmatan lil'alamiin," ungkap Sinta.

Berdasarkan ajaran itu pula, imbuhnya, dirinya terus menyelenggarakan kegiatan Sahur dan Buka Bersama dengan kaum marjinal, termasuk dengan warga dari agama dan keyakinan yang berbeda.

Sinta mengakui, selama menjalankan program tersebut, dirinya entah sudah berapa kali melaksanakannya di halaman kelenteng, gereja dan di tempat-tempat lainnya. Hal itu tak lain didasari oleh rasa persaudaraan sesama anak bangsa, sekaligus dirinya ingin mengingatkan umat muslim mengenai makna dan hakikat puasa yang sesungguhnya.

"Maka, saya ajak saudara semua untuk berbuka bersama sebagai ungkapan rasa nikmat, rasa sayang sebagai saudara. Karena semua adalah anak bangsa Indonesia dan saya pernah menjadi ibu dari mereka," pungkasnya.

Baca juga: Ditolak Ormas, Acara Bukber Sinta Nuriyah Akhirnya Digelar di Balai Kelurahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com