Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Kuno di Laweyan Solo Jadi Saksi Peninggalan Hindu-Islam

Kompas.com - 15/06/2016, 12:09 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Bangunan Masjid Laweyan atau sering dikenal dengan Masjid Ki Ageng Henis di Solo, Jawa Tengah, menjadi penanda keragaman dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jawa, khususnya di Kota Solo.

Meski beberapa kali mengalami pemugaran, beberapa sudut bangunan masjid menyiratkan peninggalan bangunan pura, tempat ibadah bagi umat Hindu.

Menurut Ketua Takmir Masjid Laweyan Achmad Sulaiman, pada jaman kerajaan Pajang diperintah Sultan Hadiwijaya sekitar tahun 1546, sebuah pura didirikan untuk tempat ibadah umat Hindu di Pajang, Laweyan.

Seiring berjalannya waktu, salah satu penasihat Kerajaan Pajang, Ki Ageng Henis, bersahabat dengan pemuka agama Hindu.

Kedekatan mereka membuat salah satu pura di Laweyan berubah menjadi langgar untuk melayani ibadah umat Islam waktu itu.

Lambat laun langgar di Laweyan tersebut berubah menjadi Masjid Laweyan hingga sekarang.

Ki Ageng Henis merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya dan akhirnya akan melahirkan raja-raja di Keraton Surakarta dan Yogyakarta.

"Dulu sebelum menjadi masjid, tempat ini untuk pemujaan umat Hindu. Seiring dengan waktu, kedekatan dengan Ki Ageng Henis dan juga Wali Songo, dengan pemerintahan kerajaan Pajang, maka pura tersebut menjadi masjid," kata Sulaiaman, Selasa (14/6/2016).

Sulaiaman menjelaskan bahwa salah satu daya tarik di Masjid Laweyan adalah konstruksi bangunan yang menyerupai pura meskipun sudah beberapa kali mengalami pemugaran.

"Salah satu yang membuat perbedaan adalah bentuk arsitekturnya yang unik. Dua belas pilar utama dari kayu jati kuno dan makam Ki Ageng Henis serta kerabat kerajaan zaman dahulu," katanya.

KOMPAS.com/M WISMABRATA Masjid Laweyan di Pajang, Solo, Jawa Tengah, selalu ramai dikunjungi menjelang Lebaran, Selasa (14/6/2016).
Masjid Laweyan berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 162 meter persegi di Kampung Pajang, Laweyan.

Lokasinya tidak jauh dari anak sungai Bengawan Solo, yang dulu menjadi jalur perdagangan utama para saudagar.

Lalu lintas perdagangan dan interaksi para pedagang dengan warga saat itu memperkaya keragaman budaya, salah satunya Masjid Laweyan, lahir dari akulturasi Hindu-Islam.

Setiap menjelang Lebaran, Masjid Laweyan ramai dikunjungi oleh warga. Menurut Sulaiman, para peneliti dan arkeolog juga sering datang untuk mempelajari sejarah dan arsitektur salah satu masjid tertua di Kota Solo tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com