Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diburu untuk Hidangan Takjil, Omzet Torakur Melonjak 70 Persen

Kompas.com - 13/06/2016, 16:46 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

BANDUNGAN, KOMPAS.com - Manisan dari buah tomat dengan rasa kurma atau dikenal dengan sebutan Torakur, singkatan dari tomat rasa kurma, sudah lama menjadi salah satu panganan khas dikawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang. Tak hanya bentuknya yang mirip kurma, dari segi rasapun tidak begitu jauh.

Nah, selama bulan Ramadhan ini ternyata permintaan Torakur dari konsumen mengalami lonjakan. Torakur ini diproduksi oleh Sri Ngestiwati dari dusun Ampel Gading, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Semarang, Jawa Tengah.

Dalam sepekan pertama bulan Ramadhan ini saja, Sri pangilan akrab Sri Ngestiwati menaikkan jumlah produksinya hingga dua kali lipat dari hari biasanya. "Hari biasa rata-rata kami mengolah tomat sekitar empat kwintal," Sri saat ditemui, Senin (13/6/2016) siang.

Sri memperkirakan lonjakan permintaan Torakur ini akan berlangsung hingga setelah Lebaran. Tingginya permintaan torakur selama Ramadhan ini, lanjutnya, karena masyarakat menjadikan torakur yang aroma dan citarasanya seperti kurma ini sebagai hidangan takjil atau berbuka puasa.

Selain itu, banyak juga konsumen yang menjadikan Torakur sebagai bingkisan parsel Ramadhan serta Lebaran.

Selama sepeken Ramadhan ini saja, kata Sri, omzet penjualan Torakur meningkat hingga 70 persen. "Terus terang, lonjakan permintaan ini membuat kami kewalahan meski kami telah menambah tenaga kerja," ujar Sri.

Meski harga jual Torakur terus naik, konsumen tetap memburunya.  Kenaikan harga tersebut tak bisa dihindari lantaran bahan baku Torakur, seperti tomat dan gula, mengalami kenaikan harga saat memasuki Ramadhan ini.

Sri menjelaskan, ia baru saja menaikkan harga Torakur dari kisaran Rp 15.000 hingga Rp 30.000 per kemasan ke kisaran Rp 17.000 hingga Rp 35.000 per kemasan.

"Ternyata pasar tidak terpengaruh, justru bulan puasa ini malah naik," ucap Ngesti.

Salah seorang pembeli Torakur, Hendro Prastowo mengaku ia dan keluarganya sudah menjadikan Torakur sebagai makanan wajib berbuka puasa karena rasanya enak seperti kurma.

"Dagingnya lebih tebal dari kurma, bahkan yang ini tanpa biji. Dan yang jelas harganya lebih murah dari kurma yang asli," kata Hendro.

Sukses dengan Torakur tak lantas membuat Ngesti puas, dia kembali berkreasi dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berlimpah yang ada di Bandungan, seperti ketimun dan pepaya.

Kedua bahan itu ditangan Ngesti disulap menjadi panganan dodol timun dan manisan pepaya. Ia berharap dua varian makanan olahan terbarunya itu akan diterima pasar dengan baik dan mendulang sukses seperti produk terdahulunya, yakni Torakur.

"Mudah-mudahan laris juga, soalnya kalau ini bisa diterima konsumen, para petani juga akan merasakan manfaatnya," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com