Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Papua Bantah Ada Intimidasi terhadap Wartawan Saat Coblosan Ulang

Kompas.com - 13/06/2016, 14:09 WIB
Fabio Maria Lopes Costa

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Adam Arisoy membantah adanya intimidasi dan penyanderaan terhadap tiga wartawan pada saat pelaksanaan pemunggutan suara ulang di Kabupaten Mamberamo Raya pada 9 Juni 2016.

Tiga wartawan itu adalah Rivando Nay dari RCTI, Andhika Wafafma dari TVRI Papua, dan Tumbur Parlindungan dari Papua Pos.

Adam mengatakan, timnya berada di tempat pemungutan suara tempat peliputan ketiga wartawan itu, yakni Fona 1, Fona 3, dan Wakeyadi.

"Anggota kami Tarwinto berada Fona 1 dan Isak di TPS Fona III. Sementara anggota KPUD Mamberamo Raya juga berada di Wakeyadi. Tapi, mereka tidak melaporkan adanya intimidasi warga terhadap tiga wartawan itu," kata Adam didampingi dua komisioner KPU Papua, Tarwinto dan Isak Hikoyabi, Senin (13/6 /2016)  di Jayapura.

Ia menegaskan, pemberitaan terkait intimidasi atas tiga wartawan beberapa hari lalu adalah pembohongan publik.

"Kami meminta ketiga wartawan itu segera mengklarifikasikan pemberitaan itu melalui melalui media massa. Kami memberikan batas waktu selama tiga hari sebelum rekapitulasi suara," kata Adam.

Ia menyebutkan bahwa kehadiran ketiga wartawan di TPS itu tanpa diketahui KPU Papua. Seharusnya, kata Adam, mereka menginformasikan kepada KPU bahwa akan meliput pemungutan suara ulang (PSU) di TPS.

"Dengan adanya pemberitahuan, KPU akan memberikan perlindungan bagi mereka selama proses PSU," kata Adam.

Tarwinto mengatakan, dirinya melihat Rivando bisa mengikuti kegiatan PSU dari pemunggutan hingga perhitungan suara di TPS Fona 1 dengan lancar.

"Kemungkinan warga tak ingin diliput karena (peliputan) berasal dari kandidat yang berlawanan dengan pilihan warga. Ia (peliput) pun mengaku difasilitasi oleh salah satu kandidat untuk meliput di TPS tersebut," tutur Tarwinto.

Pieter Ell selaku kuasa hukum KPUD Mamberamo Raya mengharapkan agar ketiga wartawan itu segera menyampaikan informasi yang sebenarnya terkait adanya intimidasi ketika meliput di tiga TPS tersebut.

"Kami berharap tak ada lagi masalah yang menyebabkan terjadinya kembali PSU yang ketiga kali. Sebab, pemda setempat sudah merasa capek dan kehabisan anggaran untuk menggelar kembali kegiatan," ujarnya.

Secara terpisah, Rivando mengaku tak bisa meliput ketika pemunggutan suara karena adanya intimidasi dengan menggunakan panah.

"Saya memang bisa melihat langsung pemunggutan suara. Namun, saya tak dapat meliput karena kamera saya diambil warga. Mereka baru mengembalikannya pada malam hari," ungkap Rivando.

Hal senada disampaikan oleh Tumbur. Ia mengaku tidak dapat mengikuti PSU karena disuruh warga menjauh dari TPS.

"Selama PSU, saya hanya berada di dalam pondok yang berjarak cukup jauh dari TPS. Ada dua warga yang mengawasi pondok itu dengan menggunakan parang dan panah," kata Tumbur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com