Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anggota Polisi yang Dibacok Demonstran Tambang Batubara di Bengkulu

Kompas.com - 11/06/2016, 15:45 WIB
Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Anggota Polsek Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, Bripka Sfarizal terpaksa dirawat di RSUD Kabupaten Kepahiang akibat terkena bacokan saat mengamankan demonstrasi penolakan tambang batubara di daerah itu, Sabtu (11/6/2016).

Syafrizal menderita luka serius akibat sabetan golok dari salah seorang demonstran di sekitar PT Citra Buana Selaras (CBS), Desa Susup, lokasi terjadinya aksi unjuk rasa.

"Kejadiannya begitu cepat. Seingat saya, seorang warga pendemo tiba-tiba membacok dari belakang hingga tepat mengenai bagian kepala dan punggung saya. Ketika itu, posisi kami sudah mundur di dalam pagar PT CBS," kata Syafrizal.

Polisi yang mengamankan aksi unjuk rasa sempat mundur hingga ke dalam lingkungan kantor perusahaan karena dilempar dengan batu oleh pengunjuk rasa.

Unjuk rasa masyarakat perwakilan 12 desa di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, itu melibatkan warga yang menolak tambang batubara bawah tanah.

"Kami menolak pertambangan bawah tanah karena membahayakan. Di bawah pekarangan dan permukiman warga saat ini sudah ada lorong-lorong tambang, berbahaya jika ambruk. Kami minta aktivitas tambang dihentikan," kata seorang warga, Subroto.

Warga telah beberapa kali mendesak Pemkab Bengkulu Tengah untuk mencabut izin pertambangan tersebut. Unjuk rasa serupa juga telah beberapa kali terjadi. Hingga aksi kali ini mengakibatkan jatuhnya korban dari masyarakat dan polisi.

Belum diketahui data resmi jumlah korban tembak di pihak masyarakat dan korban luka bacok di pihak kepolisian.

Data yang dihimpun Kompas.com, warga yang terluka bernama Marta (18), Badrin, dan Raden Yudi (34). Adapun korban luka dari polisi bernama Bripka Syafrizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com