Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Nasional Bukit Raya Jadi Rumah Baru Bagi Orangutan

Kompas.com - 09/06/2016, 11:05 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (TNBBBR), Kalimantan Tengah, rencananya akan menjadi tempat pelepasliaran bagi orangutan. Borneo Orangutan Survival Foundation segera merampungkan rencana kerja bersama dengan Balai TNBBBR ini untuk rumah baru bagi orangutan ini.

Individu yang dilepasliarkan di TNBBBR nanti adalah dari subspesies pongo pygmaeus wurmbii.

“Orangutan rehabilitasi harus dilepasliarkan di wilayah asal subspesiesnya,” kata Komunikasi Spesialis BOSF, Nico Hermanu, Kamis (9/6/2016).

BOSF melakukan survei selama dua tahun di TNBBBR sebelum memutuskan akan menjadikan cagar alam itu sebagai lokasi pelepasliaran. Mereka memastikan ketersediaan pakan di alam bagi orangutan, rendahnya ancaman, aktivitas masyarakat di sekeliling hutan, hingga soal kelayakan biologinya.

CEO BOSF, Jamartine Sihite, mengatakan, setelah survey itu kini mereka berada pada upaya menyusun rencana kerja bersama dengan pengelola TNBBBR.

“Kemungkinan tanda tangan bersama pada minggu pertama ataupun kedua bulan puasa ini. Kita tandai dengan pelepasliaran. Kita lihat apa bisa di awal puasa ini,” kata Jamartin di BOSF Samboja Lestari di Kutai Kartanegara.

TNBBBR berstatus konservasi ini  berada di jantung Pulau Kalimantan, tepatnya di perbatasan antara Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah.  Wilayah yang masuk Kalbar sebesar 70.500 Ha, sedangkan Kalteng  110.590 Ha.

Keberadaannya begitu penting sebagai penangkap air bagi daerah aliran sungai Melawi di Kalbar dan DAS Katingan di Kalteng.

Dua provinsi ini dipisahkan punggung bukit yang curam dan tinggi, yang secara normal orangutan tidak bisa menyeberang. “Lebih 70.000 hektar yang bisa dipakai bersama, meski yang kita pakai tidak sebesar itu,” kata Jamartin.

“Kita bisa melepas hingga 300 orangutan di sana,” tambah dia.

Kawasan yang masuk di Kalteng berada di wilayah Kabupaten Katingan. Masyarakat di sana banyak dari suku Dayak Ngaju. Mereka kerap disebut sebagai oloh Katingan atau orang Katingan.  Mayoritas mata pencaharian warga adalah bertani, berladang, dan nelayan.

“Kita telah sosialisasi rencana (pelepasliaran) ini ke masyarakat sekitar hutan. Kita ingin masyarakat sekitar jadi teman,” kata Jamartin.

BOSF organisasi nirlaba Indonesia di bidang konservasi orangutan Kalimantan dan habitatnya. Organisasi ini merawat lebih dari 700 orangutan korban kerusakan hutan di Kalimantan. BOSF membantu merehabilitasi orangutan itu agar bisa kembali ke habitatnya di alam liar.  

Selama ini, hutan di Kehje Sewen di Kutai Timur, Kaltim dan Hutan Lindung Bukit Batikap, Kabupaten Murung Raya, Kalteng jadi area pelepasliaran orangutan.

Selama ini pula BOSF sudah 12 kali melepasliar orangutan di Kalteng dan delapan kali di Kaltim. Semuanya 212 individu sudah dilepasliar, terdiri 45 individu di Kaltim dan 167 di Kalteng. BOSF berniat membukukan 250 orangutan yang bisa dilepasliarkan hingga akhir 2016 ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com