Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenji Kembali ke Hutan Tanpa Luka di Pinggulnya

Kompas.com - 27/05/2016, 20:02 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Kenji, orangutan (pongopygmaeus) berusia tujuh tahun. Ia mudah dikenali karena rambutnya yang tipis dengan warna coklat kehitaman. Kenji yang dulunya dipungut seorang warga dari perkebunan kelapa sawit di Desa Wanasari, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur ini, akhirnya bisa kembali ke hutan asalnya.

Kenji merupakan satu dari lima orangutan yang siap dilepasliarkan ke hutan setelah menjalani program reintoduction selama enam tahun di sekolah orangutan di Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, milik Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation.

“Kami bawa mereka lewat darat,” kata CEO BOSF Jamartin Sihite, Jumat (27/5/2016).

Hutan Kehje Sewen di Muara Wahau merupakan lokasi pelepasliaran Kenji dan empat lainnya. Hutan ini merupakan hak kelola PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia dengan izin pemanfaatan hasil hutan kayu untuk restorasi ekosistem bagi pelepasliaran orangutan. Hutan seluas 86.450 hektar ini dijaga warga Dayak Wehea.

Kenji mengikuti program reintoduksi di BOSF sejak 2010. Para petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Tenggarong mengambil Kenji dari tangan warga Wanasari yang mengaku menemukannya. Kenji mempunyai luka di pinggulnya yang diduga akibat sabetan parang.

“Luka tak kelihatan lagi. Sekarang sudah tertutup sempurna ,” kata Program Manajer BOSF Samboja, Agus Irwanto.

Kenji berumur 1 tahun saat BKSDA menyerahkannya ke BOSF. Bayi orangutan ini tampak sangat tertekan dan trauma. Ia bahkan menolak untuk dipegang saat tim medis hendak mengobati.

Dalam perjalanannya, Kenji tergolong pintar. Ia cepat berkembang mulai dari mengenal buah pakan hingga membuat sarang di sekolah orangutan ini. Enam tahun kemudian, ia dinyatakan siap untuk lepas liar di Kehje Sewen.

“Kehje Sewen berasal dari bahasa warga lokal yang artinya orangutan. Maka dinamai hutan orangutan,” kata Jamartin.

Sementara empat orangutan lain juga siap dilepas liar. Keempatnya, yakni Angely, Gadis, Hope, dan Raymond.

Sama seperti Kenji. Keempat lainnya memiliki awal kelam sebelum masuk rehabilitasi. Angel pernah merasakan menjadi peliharaan manusia. Hope ditemukan di tengah warga dengan kondisi kritis, stress dan trauma hinga tak mau makan. Raymond ditemukan saat masih berumur 8 bulan. Gadis merupakan orangutan penderita typus di masa awal tiba di BOSF.

Orangutan-orangutan ini disita para petugas BKSDA dari warga. Empat diantaranya masih berumur 1 tahun saat ditemukan.

Kepala Balai Konservasi SDA Kaltim, Sunandar Trigunajasa mengatakan, kebanyakan kasus orangutan temuan biasanya setelah habis diburu. “Kami dapat dari warga setelah diburu, dibawa ke mari, dan perlu waktu sampai dilepasliarkan,” kata Sunandar.

Kenji dkk dibawa dengan lima mobil menuju Kehje Sewen. Perjalanan bakal ditempuh dalam 2 hari. “Dulu pakai helikopter. Keuntungan heli karena bisa membawa 8 sampai 12 orangutan sekaligus,” kata Jamartin.

“Lewat darat lebih berisiko stress di perjalanan. Jadi kami harus tiap dua jam sekali memantau dan memastikan mereka sehat hingga sampai tempatnya,” katanya.

Hingga kini sdah 212 orangutan lepas liar di Kalimantan sejak dilakukan sejak 2010. Sepanjang tahun ini saja, sudah 17 kali upaya pelepasliaran di Kalimantan. Delapan di antaranya berlangsung di Kaltim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com