Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak TKI yang Lahir di Malaysia Mayoritas Buta Huruf dan Tak Berdokumen

Kompas.com - 27/05/2016, 14:17 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sebagian besar anak-anak tenaga kerja Indonesia yang lahir di Malaysia tidak memiliki dokumen dan buta huruf.

Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Edy Sujarwo mengatakan, anak-anak usia sekolah yang dideportasi pemerintah Malaysia melalui Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, mayoritas tidak bisa menulis nama mereka pada formulir isian data.

"Kalau kita kasih formulir data, mereka cuma tengak-tengok enggak bisa menulis," kat Edu, Jumat (27/05/2016).

Selain buta huruf, mayoritas anak TKI yang lahir di Malaysia sama sekali tak memiliki dokumen kependudukan. Edy menengarai anak-anak TKI tersebut akan kembali ke Malaysia secara ilegal untuk menyusul orangtuanya.

"Mereka ini akan tetap kembali lagi ke Malaysia secara ilegal," kata Edy.

Jumlah anak TKI yang buta huruf dan tak berdokumen di negara bagian Sabah, Malaysia, diperkirakan ribuan.

Meski program Layanan Terpadu Sentra Poros Perbatasan memberikan kemudahan kepada TKI untuk mengurus dokumen, tetapi tim program poros perbatasan hanya bisa mendata mereka karena mereka tak memiliki dokumen kependudukan. Tim poros perbatasan belum dapat memberi pelayanan kepada mereka karena masalah tersebut.

"Kita mau berikan layanan model apa bentuknya? Kita hanya mendata. Mereka ini harus diberikan dokumen. Ini baru yang dideportasi, yang ada di ladang?" kata Edy.

Salah satu anak TKI yang lahir di Kota Keningau, Malaysia, Jes (17) mengaku dideportasi ke Nunukan karena tak memiliki dokumen.

Di Malaysia, Jes hanya membantu bibinya berjualan sayur. Bibinya itu merawatnya sejak kecil setelah ayahnya meninggal dunia. Ibu Jes tidak diketahui keberadaannya.

Jes tahu bahwa orangtuanya berasal dari Toraja, tetapi ia belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya di Tanah air. Dideportasi ke Nunukan merupakan pengalaman pertama kali bagi Jes berada di Indonesia.

Meski tak memiliki dokumen, Jes memastikan akan kembali ke Negara Malaysia karena di situlah satu-satunya keluarga yang dia kenal.

"Sudah bertelepon dengan Mak Cik. Rencana mau balik ke Mak Cik," kata Jes dengan logat Malaysia yang kental.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com