Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ampas Tahu "Disulap" Jadi Nata de Soya hingga Pupuk Cair dan Biogas

Kompas.com - 12/05/2016, 16:49 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Jangan kaget bila menghirup bau tak sedap, saat berjalan-jalan di sekitar pabrik pembuatan tahu. Karena aroma itu, merupakan bau yang ditimbulkan oleh limbah dari pabrik pembuatan tahu tersebut.

Ada dua limbah yang dihasilkan dari proses produksi pembuatan tahu yakni, limbah padat dan juga cair. Dan bagi warga yang tinggal di sekitar pabrik pembuatan tahu, aroma kurang sedap tersebut jelas sangat mengganggu, termasuk para warga yang tinggal di Desa Gadingwatu dan Domas, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Gelagat tersebut akhirnya ditangkap oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah (UKM), Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik. Mereka turun tangan berupaya untuk membantu menyelesaikan permasalahan.

“Banyaknya laporan dari warga mengenai bau tak sedap yang berasal dari pabrik tahu, maka kami memutuskan mendatangkan pakar biologi dari Unesa (Universitas Negeri Surabaya), Dra. Winarsih M.Kes untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat di sana, dalam mengolah limbah ampas tahu,” ujar Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah (UKM), Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik, Najikh, Kamis (12/5/2016).

Di mana para peserta pelatihan, tidak hanya diajarkan cara memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai makanan ternak dan makanan semacam tempe, yang dianggap masih kurang optimal. Namun, sebanyak 35 orang yang mengikuti pelatihan, juga diajari cara mengolah limbah tahu menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis tinggi.

“Dengan pelatihan, kini warga menjadi lebih tahu jika limbah cair tahu dapat diolah menjadi nata de soya (semacam nata de coco). Dan limbah padat, dapat dijadikan menjadi beberapa produk seperti pupuk cair, biogas, serta kompos,” ucapnya.

Pada acara pelatihan terlihat, para peserta cukup tertarik dalam memanfaatkan limbah cair tahu menjadi nata de soya. Karena mereka menilai, nata de soya dianggap memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.

“Untuk pembuatan nata de soya, dari modal Rp100 ribu bisa menghasilkan Rp500 ribu. Di mana prosesnya juga cukup mudah. Di mana limbah cair tahu hanya perlu ditambah bakteri, kemudian ditunggu selama 14 hari dan jadilah nata de soya. Saya juga yakin, produk ini akan laris di pasaran dan tidak sulit cara memasarkannya,” ucap Winarsih.

Selain memberikan pelatihan mengenai cara pembuatan nata de soya. Winarsih juga melatih para warga yang menjadi peserta pelatihan, untuk memanfaatkan limbah cair tahu menjadi pupuk cair yang bermanfaat.

“Kalau beli pupuk cair harganya puluhan ribu per liternya, tapi kalau dibuat dari fermentasi ampas tahu ini bisa gratis bahkan bisa menjualnya. Sama seperti pembuatan nata de soya, proses pembuatan pupuk cair juga hanya memanfaatkan penambahan bakteri,” terangnya.

Perusahaan tahu di Desa Gadingwatu dan Domas sendiri ada sebanyak empat pabrik, yang masing-masing pabrik mempekerjakan lima puluh sampai seratus orang lebih. Dengan pelatihan ini, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah (UKM), Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik optimis, limbah padat dan cair dari pabrik tahu tersebut bakal dimanfaatkan dengan maksimal serta tidak lagi menyebabkan bau tidak sedap.

“Saya mengikuti pelatihan ini, karena ingin bisa membuat nata de soya dari limbah tahu. Mumpung menjelang bulan puasa serta sebentar lagi lebaran,” kata salah satu peserta pelatihan, Haryono (47).

Haryono juga optimis, nata de soya buatannya dari limbah tahu akan dapat laris di pasaran. “Saya yakin, saat puasa dan lebaran nanti pasti nata de soya ini akan laku keras dan dicari banyak orang,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com